Indonesia merupakan salah satu
negara kelautan terbesar dengan segala macam keanekaragaman hayati yang
tersimpan di dalamnya. Berbagai macam jenis flora dan fauna yang menjadikan
laut sebagai habitat tinggal mereka. Ada yang hidup soliter, dan ada
pula yang hidup membentuk kelompok seperti kumpulan karang, atau yang biasa
kita kenal dengan terumbu karang.
Ekosistem terumbu karang yang berkondisi baik (googleimages.com) |
Faktanya, 18% dari seluruh
populasi terumbu karang yang tersebar di dunia ternyata berada di Indonesia.
Hal tersebut menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan
keanekaragaman hayati terbesar pada ekosistem terumbu karang yang dimiliki.
Akan tetapi, kesadaran masyarakat untuk mengenal, mempelajari dan merawat
terumbu karang masih sangat kurang. Ini dibuktikan dengan kondisi terumbu
karang Indonesia yang mengalami penurunan dari 10% menjadi 50% selama 50 tahun
terakhir. Sedihnya lagi, saat ini hanya sekitar 5,23% terumbu karang kita yang
berada dalam kondisi sangat baik.
Karang adalah suatu biota kecil
yang hidup pada suatu wadah kalsium karbonat yang dinamakan polyp. Hewan
ini hidup bersimbiosa dengan mikroalga yang disebut zooxanthellae. Zooxanthellae
merupakan alga bersel satu yang berasal dari jenis Dinoflagellata.
Karang akan menyediakan habitat untuk , sedangkan zooxanthellae
akan memberikan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan bagi karang.
Tentakel-tentakel yang keluar dari polip karang (googleimages.com) |
Berbicara mengenai fungsi terumbu
karang, terdapat banyak sekali kegunaan yang dimiliki oleh hewan bertentakel
ini. Secara ekologis, karang dapat berguna sebagai pelindung ekosistem pantai
dengan kemampuannya untuk memecah energi gelombang dan arus, serta menjadi
rumah bagi banyak organisme laut. Secara sosial, terumbu karang memiliki
potensi sebagai lokasi pariwisata, dan juga menjadi tempat mayoritas nelayan
untuk menggantungkan hidupnya dengan menangkap ikan-ikan yang tinggal di
sekitarnya.
Kerusakan yang terjadi pada
terumbu karang tidak serta-merta terjadi begitu saja. Tentu ada beragam faktor
yang menyebabkan karang tersebut bisa rusak dan bahkan mati. Secara umum,
faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua yaitu faktor alam dan faktor manusia.
A.
Faktor Alam
1.
Naiknya Permukaan
Laut
Naiknya permukaan laut dapat menyebabkan karang tidak
dapat tumbuh dan membangun kerangka tulang mereka secara normal apabil mereka
tidak mampu beradaptasi. Karena dengan naiknya permukaan laut, maka akan
bertambah pula kedalaman habitat terumbu karang tersebut yang akan berpengaruh
terhadap faktor-faktor lainnya seperti suhu dan konsentrasi nutrien.
2.
Kenaikan Suhu
Spesies karang memiliki batas toleransi terhadap suhu
yang berbeda-beda, tergantung pada lingkungan hidupnya. Perubahan suhu yang
terjadi dapat menyebabkan tidak kondusifnya habitat asli mereka. Selain itu,
naiknya suhu permukaan laut berpengaruh pula terhadap kepekaan zooxanthellae
serta menyebabkan rapuhnya struktur terumbu karang itu sendiri.
3.
Berkurangnya Tingkat
Pengapuran
Emisi global dari efek rumah kaca dapat meningkatkan
konsentrasi CO2 di atmosfir serta di laut yang dapat mengurangi
kemampuan terumbu karang untuk tumbuh dengan proses pengapuran normal. Hal
tersebut berakibat kepada melemahnya kapabilitas karang untuk pulih dari
peristiwa seperti coral bleaching.
4.
Perubahan Pola
Sirkulasi Lautan
Larva karang selalu bergerak mengikuti arus air laut.
Jika pola sirkulasi lautan mengalami perubahan, dampaknya terdapat pada pola
distribusi dan perkembangan karang di seluruh dunia.
5.
Pertambahan
Frekuensi Cuaca yang Merusak
Cuaca yang terjadi di sekitar lautan ternyata juga
mampu mempengaruhi kehidupan terumbu karang. Curah hujan dapat berpengaruh kepada kadar
salinitas lingkungan habitat mereka. Badai dan angin topan yang terjadi di laut
memiliki kekuatan yang lebih dari cukup untuk merusak karang. Umumnya, kondisi
cuaca selalu berjalan mengikuti pola yang sama setiap tahunnya. Namun, pola ini
bisa berubah seiring dengan iklim dunia yang berubah pula. Mengakibatkan pada
frekuensi serta intensitas cuaca yang tidak menentu.
6.
Predatorisme
Karang, sebagaimana organisme laut lainnya, memiliki predator
yang mampu merusak koloni dan memodifikasi struktur terumbu itu sendiri.
Terdapat dua taksa yang secara umum merupakan predator karang yang paling
dominan. Pertama adalah bintang laut, utamanya spesies Acanthaster planci
atau biasa disebut Crown-of-thorn. Bintang laut dapat meregenerasi diri
mereka secara cepat hingga dapat menjadi wabah bagi karang.
Crown-of-thorn, predator karang paling berbahaya (googleimages.com) |
Pemangsa karang yang kedua adalah ikan-ikan yang
memangsa koloni-koloni karang. Ikan paruh kakaktua (Bolbometopon muricatum)
adalah salah satu contoh ikan pemangsa karang. Mereka memiliki gigi yang
teradaptasi sehingga dapat menghancurkan bagian-bagian karang seperti polip dengan
mudah. Kerusakan yang ditimbulkan oleh aktivitas predasi ini umumnya dapat
dipulihkan dengan cepat oleh karang. Namun pemulihan tersebut juga tergantung
kepada seberapa parah tingkat kerusakannya serta ukuran koloni karang itu
sendiri.
B.
Faktor Manusia
1.
Coastal Construction
Pembangunan daerah pesisir yang dilakukan tanpa
mempertimbangkan kondisi lingkungan dapat berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup terumbu karang di sekitarnya. Beberapa diantara dampak dari pembangunan
pesisir secara sembarangan adalah terjadinya sedimentasi, serta pencemaran air
laut. Sedimentasi yang terjadi dapat menyebabkan kurangnya nutrisi yang
dibutuhkan karang untuk hidup. Bahkan dalam beberapa kasus malah dapat menutupi
karang atau mengurangi intensitas cahaya matahari yang masuk ke perairan. Selain
itu, zat-zat tercemar yang berasal dari pembuangan limbah industru dan rumah
tangga dapat menyebabkan munculnya materi-materi yang beracun bagi kerang.
Bahkan, pencemaran juga berhujung kepada peristiwa blooming algae yang
mana populasi alga di perairan sekitar terumbu karang justru akan melenyapkan
koloni-koloni karangnya.
Pembangunan industri di pesisir yang salah dapat merusak karang (googleimages.com) |
2.
Pencemaran Laut
Istilah ‘pencemaran laut’ disini bisa berarti kepada
pencemaran dari pelabuhan, tumpahan minyak, pembuangan bangkai kapal,
pembuangan sampah dari atas kapal, serta kontak fisik secara langsung yang
dilakukan oleh jangkar kapal. Selama ini, banyak yang menyangka bahwa
kegiatan-kegiatan tersebut tidak akan memberikan konsekuensi langsung pada
karang, namun pada kenyataannya dampak yang dibawa bersifat lokal dan berarti.
3.
Overfishing
Penangkapan ikan dengan bom (googleimages.com) |
Overfishing atau kegiatan penangkapan ikan yang
berlebihan memberikan dampak perubahan pada ukuran tingkat kelimpahan dan
komposisi jenis ikan. Ikan merupakan salah satu komponen yang ikut
menyeimbangan ekosistem terumbu karang. Misalkan, terjadi overfishing
pada spesies ikan pemakan alga. Hal ini berakibat kepada meledaknya populasi
alga yang secara perlahan akan mampu menutupi populasi karang yang ada.
Selain itu, kegiatan perikanan yang bersifat merusak,
seperti pemakaian bahan peledak dan jaring insang, dapat membawa kerusakan yang
sangat ekstensif pada terumbu karang. Selain itu, penangkapan dengan cara
sejenis ini juga menyebabkan bertambah tingginya persentase kematian ikan-ikan
yang belum dewasa.
4.
Coral Bleaching
Pemutihan karang sangat dipengaruhi oleh berubahnya
suhu lautan secara global. Perubahan tersebut terjadi karena semakin maraknya
fenomena global warming yang ditimbulkan oleh efek rumah kaca. Manusia
secara langsung maupun tidak turut berpengaruh terhadap pemanasan global
tersebut. Aktivitas-aktivitas seperti pembuangan limbah dalam bentuk gas yang
sembarangan dan berlebihan merupakan salah satu contohnya. Tidak hanya manusia
yang merasakan dampak dari global warming. Terumbu karang pun
merasakannya dalam bentuk fenomena coral bleaching.
Sumber
:
Guntur. 2011. Ekologi Karang pada
Terumbu Buatan. Bogor : Ghalia Indonesia.
http://exploreoursea.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar