Kamis, 21 Juni 2018

Rusaknya Terumbu Karang dan Penyebabnya



Indonesia merupakan salah satu negara kelautan terbesar dengan segala macam keanekaragaman hayati yang tersimpan di dalamnya. Berbagai macam jenis flora dan fauna yang menjadikan laut sebagai habitat tinggal mereka. Ada yang hidup soliter, dan ada pula yang hidup membentuk kelompok seperti kumpulan karang, atau yang biasa kita kenal dengan terumbu karang.
Ekosistem terumbu karang yang berkondisi baik (googleimages.com)
Faktanya, 18% dari seluruh populasi terumbu karang yang tersebar di dunia ternyata berada di Indonesia. Hal tersebut menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar pada ekosistem terumbu karang yang dimiliki. Akan tetapi, kesadaran masyarakat untuk mengenal, mempelajari dan merawat terumbu karang masih sangat kurang. Ini dibuktikan dengan kondisi terumbu karang Indonesia yang mengalami penurunan dari 10% menjadi 50% selama 50 tahun terakhir. Sedihnya lagi, saat ini hanya sekitar 5,23% terumbu karang kita yang berada dalam kondisi sangat baik.
Karang adalah suatu biota kecil yang hidup pada suatu wadah kalsium karbonat yang dinamakan polyp. Hewan ini hidup bersimbiosa dengan mikroalga yang disebut zooxanthellae. Zooxanthellae merupakan alga bersel satu yang berasal dari jenis Dinoflagellata. Karang akan menyediakan habitat untuk , sedangkan zooxanthellae akan memberikan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan bagi karang.
Tentakel-tentakel yang keluar dari polip karang (googleimages.com)
zooxanthellae
Berbicara mengenai fungsi terumbu karang, terdapat banyak sekali kegunaan yang dimiliki oleh hewan bertentakel ini. Secara ekologis, karang dapat berguna sebagai pelindung ekosistem pantai dengan kemampuannya untuk memecah energi gelombang dan arus, serta menjadi rumah bagi banyak organisme laut. Secara sosial, terumbu karang memiliki potensi sebagai lokasi pariwisata, dan juga menjadi tempat mayoritas nelayan untuk menggantungkan hidupnya dengan menangkap ikan-ikan yang tinggal di sekitarnya.
Kerusakan yang terjadi pada terumbu karang tidak serta-merta terjadi begitu saja. Tentu ada beragam faktor yang menyebabkan karang tersebut bisa rusak dan bahkan mati. Secara umum, faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua yaitu faktor alam dan faktor manusia.
      A.      Faktor Alam
1.       Naiknya Permukaan Laut
Naiknya permukaan laut dapat menyebabkan karang tidak dapat tumbuh dan membangun kerangka tulang mereka secara normal apabil mereka tidak mampu beradaptasi. Karena dengan naiknya permukaan laut, maka akan bertambah pula kedalaman habitat terumbu karang tersebut yang akan berpengaruh terhadap faktor-faktor lainnya seperti suhu dan konsentrasi nutrien.
2.       Kenaikan Suhu
Spesies karang memiliki batas toleransi terhadap suhu yang berbeda-beda, tergantung pada lingkungan hidupnya. Perubahan suhu yang terjadi dapat menyebabkan tidak kondusifnya habitat asli mereka. Selain itu, naiknya suhu permukaan laut berpengaruh pula terhadap kepekaan zooxanthellae serta menyebabkan rapuhnya struktur terumbu karang itu sendiri.
3.       Berkurangnya Tingkat Pengapuran
Emisi global dari efek rumah kaca dapat meningkatkan konsentrasi CO2 di atmosfir serta di laut yang dapat mengurangi kemampuan terumbu karang untuk tumbuh dengan proses pengapuran normal. Hal tersebut berakibat kepada melemahnya kapabilitas karang untuk pulih dari peristiwa seperti coral bleaching.
4.       Perubahan Pola Sirkulasi Lautan
Larva karang selalu bergerak mengikuti arus air laut. Jika pola sirkulasi lautan mengalami perubahan, dampaknya terdapat pada pola distribusi dan perkembangan karang di seluruh dunia.
5.       Pertambahan Frekuensi Cuaca yang Merusak
Cuaca yang terjadi di sekitar lautan ternyata juga mampu mempengaruhi kehidupan terumbu karang. Curah  hujan dapat berpengaruh kepada kadar salinitas lingkungan habitat mereka. Badai dan angin topan yang terjadi di laut memiliki kekuatan yang lebih dari cukup untuk merusak karang. Umumnya, kondisi cuaca selalu berjalan mengikuti pola yang sama setiap tahunnya. Namun, pola ini bisa berubah seiring dengan iklim dunia yang berubah pula. Mengakibatkan pada frekuensi serta intensitas cuaca yang tidak menentu.
6.       Predatorisme
Karang, sebagaimana organisme laut lainnya, memiliki predator yang mampu merusak koloni dan memodifikasi struktur terumbu itu sendiri. Terdapat dua taksa yang secara umum merupakan predator karang yang paling dominan. Pertama adalah bintang laut, utamanya spesies Acanthaster planci atau biasa disebut Crown-of-thorn. Bintang laut dapat meregenerasi diri mereka secara cepat hingga dapat menjadi wabah bagi karang.
Crown-of-thorn, predator karang paling berbahaya (googleimages.com)
Pemangsa karang yang kedua adalah ikan-ikan yang memangsa koloni-koloni karang. Ikan paruh kakaktua (Bolbometopon muricatum) adalah salah satu contoh ikan pemangsa karang. Mereka memiliki gigi yang teradaptasi sehingga dapat menghancurkan bagian-bagian karang seperti polip dengan mudah. Kerusakan yang ditimbulkan oleh aktivitas predasi ini umumnya dapat dipulihkan dengan cepat oleh karang. Namun pemulihan tersebut juga tergantung kepada seberapa parah tingkat kerusakannya serta ukuran koloni karang itu sendiri.
     B.      Faktor Manusia
1.       Coastal Construction
Pembangunan daerah pesisir yang dilakukan tanpa mempertimbangkan kondisi lingkungan dapat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup terumbu karang di sekitarnya. Beberapa diantara dampak dari pembangunan pesisir secara sembarangan adalah terjadinya sedimentasi, serta pencemaran air laut. Sedimentasi yang terjadi dapat menyebabkan kurangnya nutrisi yang dibutuhkan karang untuk hidup. Bahkan dalam beberapa kasus malah dapat menutupi karang atau mengurangi intensitas cahaya matahari yang masuk ke perairan. Selain itu, zat-zat tercemar yang berasal dari pembuangan limbah industru dan rumah tangga dapat menyebabkan munculnya materi-materi yang beracun bagi kerang. Bahkan, pencemaran juga berhujung kepada peristiwa blooming algae yang mana populasi alga di perairan sekitar terumbu karang justru akan melenyapkan koloni-koloni karangnya.
Pembangunan industri di pesisir yang salah dapat merusak karang (googleimages.com)
2.       Pencemaran Laut
Istilah ‘pencemaran laut’ disini bisa berarti kepada pencemaran dari pelabuhan, tumpahan minyak, pembuangan bangkai kapal, pembuangan sampah dari atas kapal, serta kontak fisik secara langsung yang dilakukan oleh jangkar kapal. Selama ini, banyak yang menyangka bahwa kegiatan-kegiatan tersebut tidak akan memberikan konsekuensi langsung pada karang, namun pada kenyataannya dampak yang dibawa bersifat lokal dan berarti.
3.       Overfishing
Penangkapan ikan dengan bom (googleimages.com)
Overfishing atau kegiatan penangkapan ikan yang berlebihan memberikan dampak perubahan pada ukuran tingkat kelimpahan dan komposisi jenis ikan. Ikan merupakan salah satu komponen yang ikut menyeimbangan ekosistem terumbu karang. Misalkan, terjadi overfishing pada spesies ikan pemakan alga. Hal ini berakibat kepada meledaknya populasi alga yang secara perlahan akan mampu menutupi populasi karang yang ada.
Selain itu, kegiatan perikanan yang bersifat merusak, seperti pemakaian bahan peledak dan jaring insang, dapat membawa kerusakan yang sangat ekstensif pada terumbu karang. Selain itu, penangkapan dengan cara sejenis ini juga menyebabkan bertambah tingginya persentase kematian ikan-ikan yang belum dewasa.
4.       Coral Bleaching
Pemutihan karang sangat dipengaruhi oleh berubahnya suhu lautan secara global. Perubahan tersebut terjadi karena semakin maraknya fenomena global warming yang ditimbulkan oleh efek rumah kaca. Manusia secara langsung maupun tidak turut berpengaruh terhadap pemanasan global tersebut. Aktivitas-aktivitas seperti pembuangan limbah dalam bentuk gas yang sembarangan dan berlebihan merupakan salah satu contohnya. Tidak hanya manusia yang merasakan dampak dari global warming. Terumbu karang pun merasakannya dalam bentuk fenomena coral bleaching.

Sumber  :
Guntur. 2011. Ekologi Karang pada Terumbu Buatan. Bogor : Ghalia Indonesia.
http://exploreoursea.blogspot.com/
 

Tidak ada komentar:

Pengelolaan Lobster (Panulirus spp.) dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini menteri Kelautan dan  Perikanan mengeluarkan peraturan baru untuk pengelolaan lobster ...