Karakteristik dan Ciri Terumbu
Karang
Sekilas karang terlihat seperti batu
di dasar laut, namun sebenarnya karang memiliki ciri makhluk hidup seperti bernafas dan
membutuhkan nutrisi. Karang dalam klasifikasi makhluk hidup tergolong dalam ordo
scleractinia, yaitu hewan invertebrata yang hidup menempel di dasar laut dan
menghasilkan kalsium karbonat. Hewan invertebrata merupakan hewan yang
tidak memiliki tulang belakang. Kebalikan dari hewan invertebrata adalah hewan
vertebrata.
Penjelasan lebih rinci dapat dilihat
pada artikel hewan vertebrata dan invertebrata. Sistem
pernafasan karang sama sederhananya dengan sistem pernafasan hewan invertebrata pada
umumnya. Dalam mendapatkan nutrisi, karang bersimbiosis dengan zooxanthellae,
sejenis organisme uniseluler yang dapat melakukan proses
fotosintesis. Cara lain yaitu dengan menangkap zooplankton, yaitu plankton yang
tidak dapat membuat makanan sendiri. Penjelasan lebih jelas dapat dibaca dalam
artikel jenis jenis plankton. Terumbu karang (coral
reef) merujuk pada ekosistem laut yang didominasi oleh hewan yang menghasilkan
kapur. Ekosistem terumbu karang merupakan contoh ekosistem alami. Berbeda
dengan ekosistem buatan, ekosistem terumbu karang tidak
memerlukan campur tangan manusia dalam pembentukannya.
Ada beberapa faktor lingkungan yang
harus dipenuhi agar ekosistem terumbu karang tetap terjaga. Faktor-faktor
tersebut antara lain:
- Suhu – suhu optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan terumbu karang adalah 23o-25o Tidak ada terumbu karang yang dapat hidup dengan suhu dibawah 18oC, namun ada karang yang dapat hidup pada daerah perairan dengan suhu rata-rata pertahun sebesar 36o-40o C.
- Salinitas – terumbu karang dapat tumbuh optimal dengan salinitas antara 30 – 35%. Terumbu karang kurang berkembang di daerah dengan banyak limpasan air tawar, karena salinitas semakin rendah.
- Cahaya dan kedalaman – Seperti fungsi cahaya pada tumbuhan umumnya, zooxanthellae membutuhkan cahaya untuk berfotosintesis. Akibatnya terumbu karang dapat tumbuh optimal dengan kedalaman 25 meter atau kurang untuk dapat tumbuh secara optimal. Hal ini sangat berbeda dengan ciri ciri ekosistem air tawar yang rantai makanan didalamnya dapat hidup dengan intensitas cahaya yang rendah. Kedalaman maksimal yang bisa ditolerir terumbu karang sebesar 50-75 meter.
- Arus – Arus merupakan faktor pembatas yang dapat berdampak baik maupun buruk tergantung apa yang dibawanya. Arus dapat berdampak baik apabila membawa nutrien atau bahan bahan organik bagi karang dan zooxanthellae yang berguna bagi proses fotosintesis. Sebaliknya akan berdampak buruk bagi terumbu karang apabila arus membawa limbah, sampah, sedimen atau racun yang dapat menghambat pertumbuhan terumbu karang.
- Sedimentasi – terumbu karang sangat sensitif dengan adanya sedimen. Sedimen dapat menutupi badan karang sehingga menghambat karang dalam mendapatkan intensitas cahaya dalam proses fotosintesisnya.
Cara Melestarikan Terumbu Karang
Berbagai cara melestarikan terumbu
karang antara lain:
1 Menjaga kebersihan sungai dan
pesisir pantai
Keberadaan aliran sungai dan laut
penting dalam proses siklus air. Fungsi sungai antara lain sebagai sarana dalam
transportasi. Bukan hanya sarana transportasi, sungai juga dijadikan sebagai
tempat mandi, mencuci, bahkan untuk membuang limbah keluarga/pabrik. limbah
pabrik biasanya mengandung bayak logam berbahaya. bahaya logam berat bagi lingkungan sangat besar
sehingga perlu diawasi lebih ketat karena limbah sampah dan pabrik yang dibuang
kesungai pada akhirnya akan bermuara di laut.
Sama halnya seperti membuang sampah
di pantai. Sampah yang berceceran di sungai, seperti sampah plastik, akhirnya
akan tersapu ombak dan merusak terumbu karang. Dampak sampah plastik pada terumbu karang
utamanya menjadi penghalang cahaya matahari. Terumbu karang membutuhkan cahaya
dengan intensitas tertentu agar dapat berkembang optimal. Cahaya matahari
dibutuhkan untuk melangsungkan proses fotosintesis yang dilakukan oleh
zooxantellae yang ada di jaringan karang. Sampah yang dibuang ke laut akan
menghambat proses ini. Sampah plastik misalnya, dapat menutupi karang sehingga
zooxantellae tidak mendapat intensitas optimal untuk fotosintesisnya. Apabila
keadaan ini terus menerus terjadi, maka karang akan mati.
2. Mencegah terjadinya erosi
Erosi merupakan proses pengikisan
pada lapisan tanah atas. Pada jumlah tertentu erosi merupakan hal yang wajar,
namun kegiatan manusia memperburuk keadaan ini. Penggundulan hutan untuk
dijadikan ladang atau perumahan misalnya, dapat memperkecil daya serap tanah
terhadap air hujan.
Akibatnya lapisan tanah atas terbawa
dan akhirnya terjadi sedimentasi. Sedimentasi dapat berakhir di laut dan
menghambat pertumbuhan terumbu karang. Sedimentasi menghambat pertumbuhan
karang dengan cara menutup pori-pori tubuh dan membuat zooxanthellae kekurangan
cahaya karena air yang keruh. Akibat kekurangan cahaya terus menerus dapat
membuat siklus hidup karang terhenti. Karang sangat sensitif terhadap sedimen.
3. Menangkap ikan tanpa merusak
karang
Terumbu karang berfungsi sebagai
habitat yang baik untuk perkembangbiakan ikan. Tidak heran banyak nelayan yang
menangkap ikan di daerah yang memiliki banyak karang. Beberapa nelayan yang
tidak bertanggungjawab biasanya menggunakan bom ikan untuk mendapatkan ikan
dengan mudah.
Cara ini sangat merusak ekosistem
terumbu karang. Bukan hanya ikan besar, tetapi terumbu karang beserta biota
laut di dalamnya ikut mati. Oleh karena itu penggunaan bom ikan seharusnya
dilarang. Selain merusak terumbu karang, nelayan juga dirugikan apabila jumlah
ikan terus menerus menurun karena habitatnya rusak.
4. Tidak mengambil karang dan
terumbu karang
Karang memang menjadi daya tarik
utama saat bagi orang-orang yang memiliki hobi scuba diving. Beberapa
mungkin tertarik untuk mengambilnya. Namun perlu diingat bahwa karang memiliki
beberapa faktor pembatas yang meghalangi tumbuh kembangnya. Salah satunya
adalah suhu dan salinitas. Saat karang diambil dari habitatnya dan dipindahkan
ketempat yang tidak sesuai maka karang akan mati. Oleh karena itu perlu
diberikan sosialisasi mendalam agar terumbu karang tetap dibiarkan sesuai
habitatnya.
5. Pengenalan karang dan terumbu
karang sejak dini
Melestarikan terumbu karang harus
dimulai sejak kecil. Pengenalan terumbu karang penting dilakukan karena
sebagian besar wilayah Indonesia adalah laut. Apabila sejak dini anak anak
sudah dikenalkan dengan manfaat ekologi, khususnya terumbu karang, maka
saat dia besar akan ada rasa kepemilikan untuk menjaga kelestarian terumbu
karang.
Seperti bahasan sebelumnya, semua
cara diatas tidak dapat berjalan baik apabila tidak ada sosialisasi fungsi dan
manfaat terumbu karang. Bagi penduduk pesisir dan penduduk yang dekat dengan
aliran sungai perlu disosialisasikan pentingnya tidak membuang limbah rumah
tangga atau pabrik ke laut, untuk nelayan perlu disosialisasikan bahaya
penggunaan bom ikan, dan pengenalan terumbu karang sejak dini untuk anak-anak.
Sumber :
https://dosenbiologi.com/lingkungan/cara-melestarikan-terumbu-karang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar