Kamis, 21 Mei 2020

Pengelolaan Lobster (Panulirus spp.) dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan




Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini menteri Kelautan dan  Perikanan mengeluarkan peraturan baru untuk pengelolaan lobster yaitu permenKP No. 12 tahun 2020, peraturan ini mengganti peraturan sebelumnya yaitu permenKP No. 56 tahun 2016. untuk pengelolaan lobster diatur dalam pasal 2 sampai pasal 6, berikut isi permenKP No. 12 tahun 2020 tersebut


Pasal 2 

(1) Penangkapan  dan/atau  pengeluaran  Lobster  (Panulirus spp.) dengan Harmonized System Code 0306.31.20, di atau dari        wilayah  Negara  Republik  Indonesia  hanya  dapat dilakukan dengan ketentuan:
a.   tidak   dalam   kondisi   bertelur   yang   terlihat   pada Abdomen luar dan ukuran panjang karapas diatas 6 (enam) cm atau berat diatas 150 (seratus lima puluh) gram per ekor untuk lobster pasir (Panulirus homarus) dengan Harmonized System Code 0306.31.20; atau
b.  tidak   dalam   kondisi   bertelur   yang   terlihat   pada

Abdomen luar dan ukuran panjang karapas  diatas 8
(delapan) cm atau berat diatas 200 (dua ratus) gram per ekor untuk Lobster jenis lainnya dengan Harmonized System Code 0306.31.20.
(2) Ketentuan  penangkapan  dan/atau  pengeluaran  Lobster (Panulirus spp.) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk kegiatan penyelenggaraan pendidikan, penelitian,    pengembangan,      pengkajian,      dan/atau penerapan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

Pasal 3

(1) Penangkapan dan/atau pengeluaran Benih Bening Lobster (Puerulus) dengan Harmonized System Code 0306.31.10 dan/atau Lobster Muda dengan Harmonized System Code
0306.31.10 untuk Pembudidayaan di dalam negeri hanya dapat dilakukan dengan ketentuan:
a. kuota dan lokasi penangkapan Benih Bening Lobster (Puerulus) sesuai hasil kajian dari Komnas KAJISKAN yang       ditetapkan    oleh    direktorat    jenderal    yang menyelenggarakan       tugas    dan    fungsi    di    bidang perikanan tangkap;
b.   penangkapan    Benih    Bening    Lobster    (Puerulus) dan/atau Lobster Muda dilakukan oleh Nelayan kecil yang     terdaftar  dalam  kelompok  Nelayan  di  lokasi penangkapan Benih    Bening    Lobster    (Puerulus) dan/atau Lobster Muda;
c.   penangkapan    Benih    Bening    Lobster    (Puerulus) dan/atau                  Lobster   Muda   harus   dilakukan   dengan menggunakan alat penangkapan ikan yang bersifat statis;
d.  Pembudidayaan harus dilaksanakan di:

1)  provinsi   yang   sama   dengan   wilayah   perairan tempat penangkapan Benih Bening Lobster (Puerulus) dan/atau Lobster Muda; dan
2)  lokasi yang sesuai dengan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;

e.   Pembudi Daya harus melepasliarkan Lobster (Panulirus spp.), sebanyak 2 (dua) persen dari hasil panen Lobster (Panulirus spp.) yang dibesarkan;
f.    ukuran  Lobster  (Panulirus  spp.)  yang  dilepasliarkan sebagaimana                       dimaksud  pada  huruf  e  disesuaikan dengan ukuran Lobster (Panulirus spp.) hasil panen;
g.   pelepasliaran  Lobster  (Panulirus  spp.)  dilakukan  di wilayah perairan tempat pengambilan Benih Bening Lobster (Puerulus) dan/atau Lobster Muda atau di perairan  lain  sesuai rekomendasi  direktorat jenderal yang menyelenggarakan tugas dan fungsi di bidang pengelolaan ruang laut;
h.  pelepasliaran Lobster (Panulirus spp.) dilakukan oleh Pembudi Daya yang dilengkapi berita acara dari dinas kabupaten/kota   yang   membidangi   perikanan   dan ditembuskan  ke      direktorat      jenderal      yang menyelenggarakan     tugas    dan    fungsi    di   bidang perikanan budidaya;
i.    Nelayan   kecil   penangkap   Benih   Bening   Lobster (Puerulus) dan/atau Lobster Muda ditetapkan oleh direktorat jenderal yang menyelenggarakan tugas dan fungsi di bidang perikanan tangkap; dan
j.    Pembudi Daya ditetapkan oleh direktorat jenderal yang menyelenggarakan    tugas    dan    fungsi    di   bidang perikanan budidaya.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dikecualikan untuk Lobster Muda.

 Pasal 4

(1) Pembudidayaan  Benih  Bening  Lobster  (Puerulus)  dan Lobster Muda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dapat dilakukan dalam satu sistem usaha atau dalam bentuk Segmentasi Usaha berdasarkan rekomendasi direktorat   jenderal  yang  menyelenggarakan  tugas  dan fungsi di bidang perikanan budidaya.
(2) Dalam   hal   terdapat   lokasi   yang   berpotensi   untuk dilakukan Pembudidayaan Lobster (Panulirus spp.) namun tidak terdapat sumber Benih Bening Lobster (Puerulus) dan/atau Lobster Muda, Pembudidayaan Benih Bening Lobster (Puerulus) dan Lobster Muda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), dapat dilakukan dengan persyaratan:
a.   mendapat  persetujuan  dari  direktorat  jenderal  yang menyelenggarakan  tugas  dan  fungsi di bidang perikanan budidaya; dan
b.   memiliki Surat Keterangan Asal Benih Bening Lobster (Puerulus) dan/atau Lobster Muda dari dinas kabupaten/kota yang  membidangi  perikanan  pada pemerintah daerah setempat.
Pasal 5

(1) Pengeluaran   Benih   Bening   Lobster  (Puerulus dengan Harmonized System Code 0306.31.10 dari wilayah Negara Republik Indonesia   hanya   dapat   dilakukan   dengan ketentuan:
a.   kuota dan lokasi penangkapan Benih Bening Lobster (Puerulus) sesuai hasil kajian dari Komnas KAJISKAN yang     ditetapkan    oleh    direktorat    jenderal    yang menyelenggarakan       tugas    dan    fungsi    di   bidang perikanan tangkap;
b.   eksportir         harus         melaksanakan         kegiatan Pembudidayaan                            Lobster  (Panulirus   spp.)  di  dalam negeri dengan melibatkan masyarakat atau Pembudi Daya setempat berdasarkan rekomendasi direktorat jenderal yang menyelenggarakan tugas dan fungsi di bidang perikanan budidaya;
c.   eksportir    telah    berhasil    melaksanakan    kegiatan Pembudidayaan                            Lobster  (Panulirus   spp.)  di  dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) yang ditunjukkan dengan:
1)  sudah panen secara berkelanjutan; dan

2)  telah   melepasliarkan   Lobster   (Panulirus    spp.) sebanyak 2 (dua) persen dari hasil Pembudidayaan dan dengan ukuran sesuai hasil panen;
d.   pengeluaran     Benih     Bening     Lobster     (Puerulus) dilakukan melalui bandara yang telah ditetapkan oleh badan yang menyelenggarakan tugas dan fungsi di bidang karantina ikan, sebagai tempat pengeluaran khusus Benih Bening Lobster (Puerulus);
e.   Benih Bening Lobster (Puerulus) diperoleh dari Nelayan kecil penangkap Benih Bening Lobster (Puerulus) yang terdaftar       dalam    kelompok    Nelayan    di    lokasi penangkapan Benih Bening Lobster (Puerulus);
f.    waktu  pengeluaran  Benih  Bening  Lobster  (Puerulus) dilaksanakan dengan mengikuti ketersediaan stok di alam yang direkomendasikan oleh Komnas KAJISKAN dan       ditetapkan    oleh    direktorat    jenderal    yang menyelenggarakan       tugas    dan    fungsi    di   bidang perikanan tangkap;
g.   penangkapan Benih Bening Lobster (Puerulus) harus dilakukan  dengan  menggunakan  alat  penangkapan ikan yang bersifat pasif;
h.  memiliki Surat Keterangan Asal yang diterbitkan oleh dinas           kabupaten/kota  yang  membidangi  perikanan pada pemerintah daerah setempat;
i.    penangkap Benih Bening Lobster (Puerulus) ditetapkan oleh direktorat jenderal yang menyelenggarakan tugas dan fungsi di bidang perikanan tangkap; dan
j.    eksportir   Benih   Bening   Lobster   (Puerulus harus terdaftar di direktorat jenderal yang menyelenggarakan tugas dan fungsi di bidang perikanan tangkap.
(2) Harga patokan terendah Benih Bening Lobster (Puerulus) di        Nelayan   ditetapkan   oleh   direktorat   jenderal   yang menyelenggarakan tugas dan fungsi di bidang perikanan tangkap.
(3) Harga patokan terendah Benih Bening Lobster (Puerulus) di  Nelayan  dijadikan  dasar  pertimbangan  dan  usulan harga patokan ekspor yang ditetapkan oleh kementerian yang     menyelenggarakan   tugas   dan   fungsi   di   bidang perdagangan.
(4) Penetapan kuota dan lokasi penangkapan Benih Bening Lobster (Puerulus) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilakukan setiap tahun.

 Pasal 6

Kegiatan  pengeluaran  Benih  Bening  Lobster (Puerulus)  dari wilayah Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), dikenakan kewajiban membayar Bea Keluar dan/atau Penerimaan Negara Bukan Pajak per satuan ekor Benih Bening Lobster (Puerulus) dengan nilai yang ditetapkan  oleh  kementerian  yang  menyelenggarakan  tugas dan fungsi di bidang keuangan negara.

Cara Pengukuran Karapas Lobster (Panulirus spp.), Kepiting (Scylla spp.), dan Rajungan (Portunus spp.)






Tidak ada komentar:

Pengelolaan Lobster (Panulirus spp.) dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini menteri Kelautan dan  Perikanan mengeluarkan peraturan baru untuk pengelolaan lobster ...