Senin, 25 Juni 2018

Ini Dia 5 Teknologi Canggih Nelayan Untuk Mencari Hasil Laut

 










Foto: Tempo.co
Pembaca pastinya tau kan kalau Indonesia adalah negara maritim yang kaya akan beraneka ragam kekayaan laut? Sebagai salah satu negara maritim terbesar di dunia, perikanan dan kelautan menjadi salah satu pilar perekonomian utama yang menunjang ekonomi Indonesia. Hal ini terbukti dengan banyaknya penduduk lokal Indonesia yang bekerja sebagai nelayan. Terutama mereka yang tinggal dekat pesisir pantai.
Dulu nelayan mengandalkan perkiraan dan keberuntungan untuk mencari ikan. Sekarang, mereka dapat mencari ikan lebih cepat dan lebih banyak dengan bantuan teknologi. Terlebih lagi di zaman yang serba modern, banyak gagasan dan teknologi terobosan diciptakan untuk membantu kegiatan kita sehari-hari. Salah satunya adalah teknologi yang dapat membantu nelayan untuk mencari lebih banyak ikan saat melaut.
Apa saja sih 5 teknologi canggih nelayan itu? Berikut Inspirator Freak akan bahas mengenai 5 teknologi canggih yang dipakai nelayan untuk melaut.

 5 Teknologi Canggih Nelayan 
Sonar yang dipakai nelayan modern untuk mendeteksi ikan. (Foto: Rifkymedia.wordpress.com)

  1. Sonar
Sonar adalah alat pencari yang memanfaatkan gelombang suara. Alat ini di pasang pada bagian bawah perahu. Sonar memanfaatkan gelombang suara untuk mengumpulkan informasi dasar laut. Caranya, sonar melepaskan gelombang suara. Gelombang suara ini akan merambat ke arah yang telah di tentukan. Jika gelombang ini menabrak sesuatu, ia akan terpantul kembali ke alat penerima di perahu. Pantulan inilah yang kemudian menjadi informasi.
Kekuatan gelombang yang memantul tergantung keras tidaknya benda yang ditabrak gelombang itu. Pantulan gelombang itu lalu diolah menjadi warna-warna dalam layar monitor alat penerima. Daerah keras akan menghasilkan warna yang berbeda dari daerah lunak. Tubuh ikan tertentu dapat memantulkan gelombang dengan kekuatan tertentu. Nelayan yang pintar dapat mengetahui warna mana yang menunjukkan ikan, mana karang dan lainnya.
  1. GPS dan Pengetahuan Alam
  2. 5 Teknologi Canggih Nelayan                                   GPS yang dipakai nelayan untuk menentukan lokasi pencarian ikan. (Foto: Fishwrecked.com)
Salah satu alat penerima sinyal satelit adalah GPS (Global Positioning System). Nelayan modern melengkapi perahu mereka dengan GPS ini. Ketika berlayar, mereka dipandu oleh satelit kearah daerah yang banyak ikannya. Jan gan berpikir bahwa informasi gambar yang di kirim satelit adalah gambar sekelompok ikan. Akan tetapi, informasi itu berupa gambar yang menunjukkan peta laut, seperti kedalaman, suhu air laut dan jumlah plankton. Dari situ nelayan sudah bisa mengetahui di mana lokasi yang banyak ikannya. Nelayan paham bahwa ikan banyak terdapat di daerah yang hangat dan banyak planktonnya.
  1. Satelit Oceanografi                                                                                                                 5 Teknologi Canggih Nelayan                                                                 Satelit Oceanografi tampak dari luar angkasa. Sumber: Rimanews.com/
Satelit ini cara kerjanya mirip dengan sonar. Bedanya informasi satelit Oceanografi lebih lengkap daripada sonar. Selain susunan permukaan dasar laut, satelit juga menyediakan informasi tentang suhu air laut dan jumlah plankton. Informasi ini yang memancarkan gelombang sinyal ke alat penerima sinyal milik nelayan.
  1. Echo Sounder
5 Teknologi Canggih Yang Digunakan Nelayan Untk Melaut
Echo Sounder yang digunakan nelayan untuk menentukan lokasi ikan. (Foto: auticexpo.com)

Warna gema sounder atau pencari ikan ini digunakan untuk mencari ikan dan menampilkan kedalaman dan kontur dasar laut. Informasi yang ditampilkan pada layar berupa perpaduan warna.
Alat ini bekerja melalui pulsa/sinyal yang dikirim oleh transduser dalam lambung kapal. Sinyal tersebut dikirim ke dasar laut dan dipantulkan kembali ke atas dimana diterima oleh transduser yang sama. Keberadaan ikan pada radar digambarkan seolah-olah seperti denyut nadi – nyatanya adalah udara di kantung renang ikan yang membuat mereka terlihat oleh echo sounder. Warna ikan pada radar adalah oranye tua. Namun, ikan memiliki minyak di dalam kantung renang mereka, sehingga terkadang data tidak muncul dengan baik.

5. Net Recorder
5 Teknologi Canggih Yang Digunakan Nelayan Untk Melaut
Net Recorder yang digunakan nelayan untuk mencari ikan. (Foto: Samyungenc.com)

Alat ini bekerja sepanjang sisi warna echo sounder. Layar memberikan informasi khusus di internet apabila ada ikan bergerak di bawah jaringan, dengan menggunakan data dari echo sounder kecil yang melekat pada jaring itu sendiri. Perekam warna bersih juga dapat mengukur lebar bersih, kapasitas/jumlah dan bahkan suhu di mulut bersih/ujung jaring. Nakhoda yang berpengalaman dapat memberitahukan tidak hanya tentang beberapa banyak ikan yang berhasil ditangkap, tetapi juga jenis ikan yang mereka tangkap.
Itu dia alat-alat canggih yang sudah mulai digunakan nelayan dunia saat ini. Walaupun begitu, peran nelayan tradisional masih terasa di lapisan masyarakat Indonesia. Mudah-mudahan mereka mendapat bantuan dari pemerintah agar dapat lebih memanfaatkan kekayaan alam yang ada di Indonesia. (II)

Keep Breathing, Keep Inspiring! 
https://inspiratorfreak.com/5-teknologi-canggih-nelayan/

Kamis, 21 Juni 2018

6 Cara Melestarikan Terumbu Karang di Indonesia


 Hasil gambar untuk 6 cara pelestarian karang di indonesia
Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman karang yang berlimpah. Tidak kurang dari 354 jenis karang dari 75 marga telah ditemukan di Indonesia. Keanekaragaman karang ini perlu dijaga dan dilestarikan agar biota laut yang hidupnya bergantung pada ekosistem terumbu karang tidak terancam punah pula. Sebelum membahas tentang cara pelestarian terumbu karang, perlu diketahui tentang karakteristik dan ciri terumbu karang terlebih dahulu.
Karakteristik dan Ciri Terumbu Karang
Sekilas karang terlihat seperti batu di dasar laut, namun sebenarnya karang memiliki ciri makhluk hidup seperti bernafas dan membutuhkan nutrisi. Karang dalam klasifikasi makhluk hidup tergolong dalam ordo scleractinia, yaitu hewan invertebrata yang hidup menempel di dasar laut dan menghasilkan kalsium karbonat. Hewan invertebrata  merupakan hewan yang tidak memiliki tulang belakang. Kebalikan dari hewan invertebrata adalah hewan vertebrata.
Penjelasan lebih rinci dapat dilihat pada artikel hewan vertebrata dan invertebrata. Sistem pernafasan karang sama sederhananya dengan sistem pernafasan hewan invertebrata pada umumnya. Dalam mendapatkan nutrisi, karang bersimbiosis dengan zooxanthellae, sejenis organisme uniseluler yang dapat melakukan proses fotosintesis. Cara lain yaitu dengan menangkap zooplankton, yaitu plankton yang tidak dapat membuat makanan sendiri. Penjelasan lebih jelas dapat dibaca dalam artikel jenis jenis plankton.  Terumbu karang (coral reef) merujuk pada ekosistem laut yang didominasi oleh hewan yang menghasilkan kapur. Ekosistem terumbu karang merupakan contoh ekosistem alami. Berbeda dengan ekosistem buatan, ekosistem terumbu karang tidak memerlukan campur tangan manusia dalam pembentukannya.
Ada beberapa faktor lingkungan yang harus dipenuhi agar ekosistem terumbu karang tetap terjaga. Faktor-faktor tersebut antara lain:
  • Suhu – suhu optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan terumbu karang adalah 23o-25o Tidak ada terumbu karang yang dapat hidup dengan suhu dibawah 18oC, namun ada karang yang dapat hidup pada daerah perairan dengan suhu rata-rata pertahun sebesar 36o-40o C.
  • Salinitas – terumbu karang dapat tumbuh optimal dengan salinitas antara 30 – 35%. Terumbu karang kurang berkembang di daerah dengan banyak limpasan air tawar, karena salinitas semakin rendah.
  • Cahaya dan kedalaman – Seperti fungsi cahaya pada tumbuhan umumnya, zooxanthellae membutuhkan cahaya untuk berfotosintesis. Akibatnya terumbu karang dapat tumbuh optimal dengan kedalaman 25 meter atau kurang untuk dapat tumbuh secara optimal. Hal ini sangat berbeda dengan ciri ciri ekosistem air tawar yang rantai makanan didalamnya dapat hidup dengan intensitas cahaya yang rendah. Kedalaman maksimal yang bisa ditolerir terumbu karang sebesar 50-75 meter.
  • Arus – Arus merupakan faktor pembatas yang dapat berdampak baik maupun buruk tergantung apa yang dibawanya. Arus dapat berdampak baik apabila membawa nutrien atau bahan bahan organik bagi karang dan zooxanthellae yang berguna bagi proses fotosintesis. Sebaliknya akan berdampak buruk bagi terumbu karang apabila arus membawa limbah, sampah, sedimen atau racun yang dapat menghambat pertumbuhan terumbu karang.
  • Sedimentasi – terumbu karang sangat sensitif dengan adanya sedimen. Sedimen dapat menutupi badan karang sehingga menghambat karang dalam mendapatkan intensitas cahaya dalam proses fotosintesisnya.
Cara Melestarikan Terumbu Karang
Berbagai cara melestarikan terumbu karang antara lain:
1 Menjaga kebersihan sungai dan pesisir pantai
 Hasil gambar untuk menjaga kebersihan pantai
Keberadaan aliran sungai dan laut penting dalam proses siklus air. Fungsi sungai antara lain sebagai sarana dalam transportasi. Bukan hanya sarana transportasi, sungai juga dijadikan sebagai tempat mandi, mencuci, bahkan untuk membuang limbah keluarga/pabrik. limbah pabrik biasanya mengandung bayak logam berbahaya. bahaya logam berat bagi lingkungan sangat besar sehingga perlu diawasi lebih ketat karena limbah sampah dan pabrik yang dibuang kesungai pada akhirnya akan bermuara di laut.
Sama halnya seperti membuang sampah di pantai. Sampah yang berceceran di sungai, seperti sampah plastik, akhirnya akan tersapu ombak dan merusak terumbu karang. Dampak sampah plastik pada terumbu karang utamanya menjadi penghalang cahaya matahari. Terumbu karang membutuhkan cahaya dengan intensitas tertentu agar dapat berkembang optimal. Cahaya matahari dibutuhkan untuk melangsungkan proses fotosintesis yang dilakukan oleh zooxantellae yang ada di jaringan karang. Sampah yang dibuang ke laut akan menghambat proses ini. Sampah plastik misalnya, dapat menutupi karang sehingga zooxantellae tidak mendapat intensitas optimal untuk fotosintesisnya. Apabila keadaan ini terus menerus terjadi, maka karang akan mati.

2. Mencegah terjadinya erosi
Erosi merupakan proses pengikisan pada lapisan tanah atas. Pada jumlah tertentu erosi merupakan hal yang wajar, namun kegiatan manusia memperburuk keadaan ini. Penggundulan hutan untuk dijadikan ladang atau perumahan misalnya, dapat memperkecil daya serap tanah terhadap air hujan.
Akibatnya lapisan tanah atas terbawa dan akhirnya terjadi sedimentasi. Sedimentasi dapat berakhir di laut dan menghambat pertumbuhan terumbu karang. Sedimentasi menghambat pertumbuhan karang dengan cara menutup pori-pori tubuh dan membuat zooxanthellae kekurangan cahaya karena air yang keruh. Akibat kekurangan cahaya terus menerus dapat membuat siklus hidup karang terhenti. Karang sangat sensitif terhadap sedimen.
3. Menangkap ikan tanpa merusak karang
Terumbu karang berfungsi sebagai habitat yang baik untuk perkembangbiakan ikan. Tidak heran banyak nelayan yang menangkap ikan di daerah yang memiliki banyak karang. Beberapa nelayan yang tidak bertanggungjawab biasanya menggunakan bom ikan untuk mendapatkan ikan dengan mudah.
Cara ini sangat merusak ekosistem terumbu karang. Bukan hanya ikan besar, tetapi terumbu karang beserta biota laut di dalamnya ikut mati. Oleh karena itu penggunaan bom ikan seharusnya dilarang. Selain merusak terumbu karang, nelayan juga dirugikan apabila jumlah ikan terus menerus menurun karena habitatnya rusak.

4. Tidak mengambil karang dan terumbu karang
Karang memang menjadi daya tarik utama saat bagi orang-orang yang memiliki hobi scuba diving. Beberapa mungkin tertarik untuk mengambilnya. Namun perlu diingat bahwa karang memiliki beberapa faktor pembatas yang meghalangi tumbuh kembangnya. Salah satunya adalah suhu dan salinitas. Saat karang diambil dari habitatnya dan dipindahkan ketempat yang tidak sesuai maka karang akan mati. Oleh karena itu perlu diberikan sosialisasi mendalam agar terumbu karang tetap dibiarkan sesuai habitatnya.
5. Pengenalan karang dan terumbu karang sejak dini
Melestarikan terumbu karang harus dimulai sejak kecil. Pengenalan terumbu karang penting dilakukan karena sebagian besar wilayah Indonesia adalah laut. Apabila sejak dini anak anak sudah dikenalkan dengan manfaat ekologi, khususnya terumbu karang, maka saat dia besar akan ada rasa kepemilikan untuk menjaga kelestarian terumbu karang.
6. Sosialisasi fungsi dan manfaat terumbu karang
Seperti bahasan sebelumnya, semua cara diatas tidak dapat berjalan baik apabila tidak ada sosialisasi fungsi dan manfaat terumbu karang. Bagi penduduk pesisir dan penduduk yang dekat dengan aliran sungai perlu disosialisasikan pentingnya tidak membuang limbah rumah tangga atau pabrik ke laut, untuk nelayan perlu disosialisasikan bahaya penggunaan bom ikan, dan pengenalan terumbu karang sejak dini untuk anak-anak.

Sumber :
https://dosenbiologi.com/lingkungan/cara-melestarikan-terumbu-karang



Rusaknya Terumbu Karang dan Penyebabnya



Indonesia merupakan salah satu negara kelautan terbesar dengan segala macam keanekaragaman hayati yang tersimpan di dalamnya. Berbagai macam jenis flora dan fauna yang menjadikan laut sebagai habitat tinggal mereka. Ada yang hidup soliter, dan ada pula yang hidup membentuk kelompok seperti kumpulan karang, atau yang biasa kita kenal dengan terumbu karang.
Ekosistem terumbu karang yang berkondisi baik (googleimages.com)
Faktanya, 18% dari seluruh populasi terumbu karang yang tersebar di dunia ternyata berada di Indonesia. Hal tersebut menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar pada ekosistem terumbu karang yang dimiliki. Akan tetapi, kesadaran masyarakat untuk mengenal, mempelajari dan merawat terumbu karang masih sangat kurang. Ini dibuktikan dengan kondisi terumbu karang Indonesia yang mengalami penurunan dari 10% menjadi 50% selama 50 tahun terakhir. Sedihnya lagi, saat ini hanya sekitar 5,23% terumbu karang kita yang berada dalam kondisi sangat baik.
Karang adalah suatu biota kecil yang hidup pada suatu wadah kalsium karbonat yang dinamakan polyp. Hewan ini hidup bersimbiosa dengan mikroalga yang disebut zooxanthellae. Zooxanthellae merupakan alga bersel satu yang berasal dari jenis Dinoflagellata. Karang akan menyediakan habitat untuk , sedangkan zooxanthellae akan memberikan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan bagi karang.
Tentakel-tentakel yang keluar dari polip karang (googleimages.com)
zooxanthellae
Berbicara mengenai fungsi terumbu karang, terdapat banyak sekali kegunaan yang dimiliki oleh hewan bertentakel ini. Secara ekologis, karang dapat berguna sebagai pelindung ekosistem pantai dengan kemampuannya untuk memecah energi gelombang dan arus, serta menjadi rumah bagi banyak organisme laut. Secara sosial, terumbu karang memiliki potensi sebagai lokasi pariwisata, dan juga menjadi tempat mayoritas nelayan untuk menggantungkan hidupnya dengan menangkap ikan-ikan yang tinggal di sekitarnya.
Kerusakan yang terjadi pada terumbu karang tidak serta-merta terjadi begitu saja. Tentu ada beragam faktor yang menyebabkan karang tersebut bisa rusak dan bahkan mati. Secara umum, faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua yaitu faktor alam dan faktor manusia.
      A.      Faktor Alam
1.       Naiknya Permukaan Laut
Naiknya permukaan laut dapat menyebabkan karang tidak dapat tumbuh dan membangun kerangka tulang mereka secara normal apabil mereka tidak mampu beradaptasi. Karena dengan naiknya permukaan laut, maka akan bertambah pula kedalaman habitat terumbu karang tersebut yang akan berpengaruh terhadap faktor-faktor lainnya seperti suhu dan konsentrasi nutrien.
2.       Kenaikan Suhu
Spesies karang memiliki batas toleransi terhadap suhu yang berbeda-beda, tergantung pada lingkungan hidupnya. Perubahan suhu yang terjadi dapat menyebabkan tidak kondusifnya habitat asli mereka. Selain itu, naiknya suhu permukaan laut berpengaruh pula terhadap kepekaan zooxanthellae serta menyebabkan rapuhnya struktur terumbu karang itu sendiri.
3.       Berkurangnya Tingkat Pengapuran
Emisi global dari efek rumah kaca dapat meningkatkan konsentrasi CO2 di atmosfir serta di laut yang dapat mengurangi kemampuan terumbu karang untuk tumbuh dengan proses pengapuran normal. Hal tersebut berakibat kepada melemahnya kapabilitas karang untuk pulih dari peristiwa seperti coral bleaching.
4.       Perubahan Pola Sirkulasi Lautan
Larva karang selalu bergerak mengikuti arus air laut. Jika pola sirkulasi lautan mengalami perubahan, dampaknya terdapat pada pola distribusi dan perkembangan karang di seluruh dunia.
5.       Pertambahan Frekuensi Cuaca yang Merusak
Cuaca yang terjadi di sekitar lautan ternyata juga mampu mempengaruhi kehidupan terumbu karang. Curah  hujan dapat berpengaruh kepada kadar salinitas lingkungan habitat mereka. Badai dan angin topan yang terjadi di laut memiliki kekuatan yang lebih dari cukup untuk merusak karang. Umumnya, kondisi cuaca selalu berjalan mengikuti pola yang sama setiap tahunnya. Namun, pola ini bisa berubah seiring dengan iklim dunia yang berubah pula. Mengakibatkan pada frekuensi serta intensitas cuaca yang tidak menentu.
6.       Predatorisme
Karang, sebagaimana organisme laut lainnya, memiliki predator yang mampu merusak koloni dan memodifikasi struktur terumbu itu sendiri. Terdapat dua taksa yang secara umum merupakan predator karang yang paling dominan. Pertama adalah bintang laut, utamanya spesies Acanthaster planci atau biasa disebut Crown-of-thorn. Bintang laut dapat meregenerasi diri mereka secara cepat hingga dapat menjadi wabah bagi karang.
Crown-of-thorn, predator karang paling berbahaya (googleimages.com)
Pemangsa karang yang kedua adalah ikan-ikan yang memangsa koloni-koloni karang. Ikan paruh kakaktua (Bolbometopon muricatum) adalah salah satu contoh ikan pemangsa karang. Mereka memiliki gigi yang teradaptasi sehingga dapat menghancurkan bagian-bagian karang seperti polip dengan mudah. Kerusakan yang ditimbulkan oleh aktivitas predasi ini umumnya dapat dipulihkan dengan cepat oleh karang. Namun pemulihan tersebut juga tergantung kepada seberapa parah tingkat kerusakannya serta ukuran koloni karang itu sendiri.
     B.      Faktor Manusia
1.       Coastal Construction
Pembangunan daerah pesisir yang dilakukan tanpa mempertimbangkan kondisi lingkungan dapat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup terumbu karang di sekitarnya. Beberapa diantara dampak dari pembangunan pesisir secara sembarangan adalah terjadinya sedimentasi, serta pencemaran air laut. Sedimentasi yang terjadi dapat menyebabkan kurangnya nutrisi yang dibutuhkan karang untuk hidup. Bahkan dalam beberapa kasus malah dapat menutupi karang atau mengurangi intensitas cahaya matahari yang masuk ke perairan. Selain itu, zat-zat tercemar yang berasal dari pembuangan limbah industru dan rumah tangga dapat menyebabkan munculnya materi-materi yang beracun bagi kerang. Bahkan, pencemaran juga berhujung kepada peristiwa blooming algae yang mana populasi alga di perairan sekitar terumbu karang justru akan melenyapkan koloni-koloni karangnya.
Pembangunan industri di pesisir yang salah dapat merusak karang (googleimages.com)
2.       Pencemaran Laut
Istilah ‘pencemaran laut’ disini bisa berarti kepada pencemaran dari pelabuhan, tumpahan minyak, pembuangan bangkai kapal, pembuangan sampah dari atas kapal, serta kontak fisik secara langsung yang dilakukan oleh jangkar kapal. Selama ini, banyak yang menyangka bahwa kegiatan-kegiatan tersebut tidak akan memberikan konsekuensi langsung pada karang, namun pada kenyataannya dampak yang dibawa bersifat lokal dan berarti.
3.       Overfishing
Penangkapan ikan dengan bom (googleimages.com)
Overfishing atau kegiatan penangkapan ikan yang berlebihan memberikan dampak perubahan pada ukuran tingkat kelimpahan dan komposisi jenis ikan. Ikan merupakan salah satu komponen yang ikut menyeimbangan ekosistem terumbu karang. Misalkan, terjadi overfishing pada spesies ikan pemakan alga. Hal ini berakibat kepada meledaknya populasi alga yang secara perlahan akan mampu menutupi populasi karang yang ada.
Selain itu, kegiatan perikanan yang bersifat merusak, seperti pemakaian bahan peledak dan jaring insang, dapat membawa kerusakan yang sangat ekstensif pada terumbu karang. Selain itu, penangkapan dengan cara sejenis ini juga menyebabkan bertambah tingginya persentase kematian ikan-ikan yang belum dewasa.
4.       Coral Bleaching
Pemutihan karang sangat dipengaruhi oleh berubahnya suhu lautan secara global. Perubahan tersebut terjadi karena semakin maraknya fenomena global warming yang ditimbulkan oleh efek rumah kaca. Manusia secara langsung maupun tidak turut berpengaruh terhadap pemanasan global tersebut. Aktivitas-aktivitas seperti pembuangan limbah dalam bentuk gas yang sembarangan dan berlebihan merupakan salah satu contohnya. Tidak hanya manusia yang merasakan dampak dari global warming. Terumbu karang pun merasakannya dalam bentuk fenomena coral bleaching.

Sumber  :
Guntur. 2011. Ekologi Karang pada Terumbu Buatan. Bogor : Ghalia Indonesia.
http://exploreoursea.blogspot.com/
 

Pengelolaan Lobster (Panulirus spp.) dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini menteri Kelautan dan  Perikanan mengeluarkan peraturan baru untuk pengelolaan lobster ...