Avicennia lanata
Nama setempat: api-api. belukar atau
pohon yang tumbuh tegak atau menyebar, dapat mencapai ketinggian hingga 8
m. Memiliki akar nafas dan berbentuk pensil. Kulit kayu seperti kulit
ikan hiu (berwarna gelap), coklat hingga hitam. Daun : Memiliki kelenjar
garam, bagian bawah daun putih kekuningan, dan ada rambut halus. Unit
dan letak : sederhana dan berlawanan. Bentuk : elips. Ujung : memundar
agak meruncing, dan ukuran 9x 5 cm. Bunga : Bergerombol muncul di ujung
tandan, bau menyengat, letak diujung atau ketiak tangkai / tandan bunga.
Formasi : bulir (8-12). Daun mahkota : 4, kuning pucat – jingga tua,4– 5
mm. Kelopak bunga : 5 buah. 4 benang sari. Buah : Buah seperti hati,
ujungnya berparuh pendek dan jelas, warna hijau–agak kekuningan.
Permukaan buah berbunga halus (seperti ada tepungnya). Ukuran : sekitar
1,5 x 2,5 cm. Ekologi : Tumbuh pada dataran lumpur, tepi sungai, daerah
yang kering dan toleran terhadap kadar garam yang tinggi. Diketahui (di
Bali dan Lombok) berbunga pada bulan Juli–Februari dan berbuah antara
bulan November hingga Maret. Penyebaran : Kalimantan, Bali, Lombok,
Semenanjung, Malaysia, Singapura. Kelimpahan : Tidak diketahui. Manfaat:
Kayu bakar dan bahan bangunan (Noor et al., 1999).
Rhizophora apiculata
Nama setempat : Bakau minyak, bakau
tandok, bakau akik, bakau puteh, bakau kacang, bakau leutik, akik,
bangka minyak, donggo akit, jangkar, abat, parai, mangi-mangi,
slengkreng, tinjang wako. Deskripsi umum : Pohon dengan ketinggian
mencapai 30 m dengan diameter batang mencapai 50 cm. Memiliki perakaran
yang khas hingga mencapai ketinggian 5 meter, dan kadang–kadang memiliki
akar udara yang keluar dari cabang. Kulit kayu berwarna abu–abu tua dan
berubah-ubah. Daun berkulit, warna hijau tua dengan hijau muda pada
bagian tengah kemerahan dibagian bawah. Gagang daun panjangnya 17-35 mm
dan warnanya kemerahan. Unit dan letak: sederhana dan berlawanan.
Bentuk : elips menyempit dan meruncing. Ukuran 7-19 x 3,5-8 cm. Bunga :
Biseksual, kepala bunga kekuningan yang terletak pada gagang berukuran
< 14 mm. Letak : di ketiak daun. Formasi: kelompok (2 bunga per
kelompok). Daun mahkota : 4; kuning putih, tidak ada rambut, panjangnya
9-11 mm. Kelopak bunga : 4; kuning kecoklatan, melengkung, Benang sari :
11-12 tak bertangkai. Buah : Buah kasar berbentuk bulat memanjang
hingga seperti buah pir , warna coklat, panjang 2,3-5 cm, berisi satu
biji fertil. Hipokotil Silindris, berbintil, berwarna hijau jingga.
Leher kotilodon berwarna merah jika sudah matang. Ukuran: Hipokotil
panjang 18-38 cm dan diameter 1-2 cm. Ekologi : Tumbuh pada tanah
berlumpur, halus, dalam dan tergenang pada saat pasang normal. Tidak
menyukai substrat yang lebih keras yang bercampur dengan pasir. Tingkat
dominasi bisa mencapai 90% dari vegetasi yang tumbuh di suatu lokasi.
Menyukai perairan pasang surut yang memiliki pengaruh masukan air tawar
yang kuat secara permanen. Percabangan akarnya dapat tumbuh secara
abnormal karena gangguan kumbang yang menyerang ujung akar. Kepiting
dapat juga menghambat pertumbuhan mereka karena mengganggu kulit akar
anakan. Tumbuh lambat, tetapi perbungaan terdapat sepanjang tahun.
Penyebaran : Srilanka, seluruh Malaysia dan Indonesia hingga Australia
Tropis dan Kepulauan Pasifik. Kelimpahan : Melimpah di Indonesia,
tersebar jarang di Australia. Manfaat : Kayu dimanfaatkan untuk bahan
bangunan, kayu bakar dan arang. Kulit kayu berisi hingga 30% tannin (per
sen berat kering). Cabang akar dapat digunakan sebagai jangkar dengan
diberati batu. Di Jawa acap kali ditanam di pinggiran tambak untuk
melindungi pematang. Sering digunakan sebagai tanaman penghijauan (Noor et al., 1999).
Avicennia marina (Forsk.) Vierh.
Nama setempat api-api putih, api-api
abang, sia-sia putih, pejapi, nyapi, hajusia. Deskripsi Umum belukar
atau pohon yang tumbuh tegak atau menyebar, ketinggian mencapai 30 m.
memiliki sistem perakaran horizontal yang rumit dan berbentuk pensil
(atau berbentuk asparagus), akar nafas tegak dengan sejumlah lentisel.
Kulit kayu halus dengan burik-burik hijau-abu dan terkelupas dalam
bagian-bagian kecil. Ranting muda dan tangkai daun berwarna kuning tidak
berbulu. Bagian atas permukaan daun ditutupi bintik-bintik kelenjar
berbentuk cekung. Bagian bawah daun putih-abu-abu muda. Unit &
letaknya sederhana dan berlawanan.memiliki bentuk daun elips, bulat
memanjang, bulat telur terbalik. Ujungnya meruncing hingga membundar,
dengan ukuran 9 x 4,5 cm. Bunga seperti trisula dengan bunga bergerombol
muncul di ujung tandan, bau menyengat, nektar banyak. Letaknya di ujung
atau di ketiak/tandan bunga. Daun mahkota ada 4 dengan warna kuning
pucat jingga tua berukuran 5-6 mm. Kelopak bunga berjumlah 5 lalu benang
sari ada 4. Merupakan tumbuhan pionir pada lahan pantai yang
terlindung, memiliki kemampuan menempati dan tumbuh pada berbagai
habitat pasang surut, bahkan di tempat asin sekalipun. Jenis ini juga
dapat bergerombol membentuk suatu kelompok pada habitat tertentu.
Berbuah sepanjang tahun, kadang-kadang bersifat vivipar. Buah membuka
pada saat matang, mempunyai lapisan dorsal. Buah juga dapat membuka
karena dimakan semut atau setelah penyerapan air. Buah dapat dimakan.
Kayu dapat menghasilkan bahan kertas berkualitas tinggi. Daun digunakan
sebagai makanan ternak.
Acrostichum aureum
Nama setempat mangrove varen, paku cai,
hata diuk, paku laut. Batang menebal di bagian pangkal, cokelat tua
dengan peruratan yang halus, pucat, tipis. Ujung daun fertil berwarna
cokelat seperti karat, duri banyak berwarna hitam. Tumbuh di pematang
tambak, sepanjang kali dan sungai payau dan saluran. Terdapat di seluruh
Indonesia. Daun tua dapat digunakan sebagai obat, alas ternak dan dapat
dimakan di daerah Timor dan Sulawesi Utara (Noor et al, 1999).
Sumber: Meteri Penyuluhan Perikanan, Mengelola Ekosistem Mangrove oleh Ir. Basuki Rahmad, M.Si (https://suksesmina.wordpress.com/2015/02/04/1057/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar