Senin, 09 Juli 2018

MENGENAL JENIS MANGROVE

Sebagai seorang penyuluh perikanan, kita harus mengenal lebih dekat dengan jenis mangrove yang tumbuh didaerah estuaria ini. mangrove yang sangat penting bagi konservasi ternyata memiliki jenis umum yang mudah dikenali. Diperkirakan ada sekitar 89 spesies mangrove yang tumbuh di dunia, yang terdiri dari 31 genera dan 22 famili. Tumbuhan mangrove tersebut pada umumnya hidup di hutan pantai Asia Tenggara, yaitu sekitar 74 spesies, dan hanya 11 spesies hidup di daerah Caribbean. Lebih lanjut menurut Soegiarto dan Polunin (1982) dalam Supriharyono (2000) dari jumlah ini sekitar 51% atau 38 spesies hidup di Indonesia. Ada beberapa spesies tumbuhan pantai, yaitu sekitar 12-16 spesies, yang masih diragukan apakah tumbuh-tumbuhan tersebut termasuk mangrove atau tidak. Sebagai contoh, famili Rhizophoraceae mempunyai 17 genera dan sekitar 70 spesies, akan tetapi hanya empat generasi dan 17 spesies diketahui benar – benar sebagai mangrove. Demikian pula famili  Combretaceae, hanya tiga genera dan lima spesies yang diketahui sebagai mangrove (Supriharyono, 2000). Ciri-ciri mangrove dari penampakan hutan mangrove terlepas dari habitatnya yang unik adalah jenis-jenisnya relatif sedikit, akar jangkar yang melengkung dan menjulang pada Rhizophora sp,akar yang tidak teratur dan keras atau pneumatofora pada marga Avicennia sp, dan Sonneratia sp, yang mencuat vertikal seperti pensil, adaptasinya yang kuat terhadap lingkungan sehingga biji (propagul) Rhizophora berkecambah di pohon (vivipar), sehingga banyaknya lentisel pada bagian kulit pohon (Departemen Kehutanan, 1997dalam Noor et al., 1999) Adapun beberapa jenis mangrove yang dikenal selama ini adalah:

Avicennia lanata
Avicennia_resinifera_Coromandel_2005_aNama setempat: api-api. belukar atau pohon yang tumbuh tegak atau menyebar, dapat mencapai ketinggian hingga 8 m. Memiliki akar nafas dan berbentuk pensil. Kulit kayu seperti kulit ikan hiu (berwarna gelap), coklat hingga hitam. Daun : Memiliki kelenjar garam, bagian bawah daun putih kekuningan, dan ada rambut halus. Unit dan letak : sederhana dan berlawanan. Bentuk : elips. Ujung : memundar agak meruncing, dan ukuran 9x 5 cm. Bunga : Bergerombol muncul di ujung tandan, bau menyengat, letak diujung atau ketiak tangkai / tandan bunga. Formasi : bulir (8-12). Daun mahkota : 4, kuning pucat – jingga tua,4– 5 mm. Kelopak bunga : 5 buah. 4 benang sari. Buah : Buah seperti hati, ujungnya berparuh pendek dan jelas, warna hijau–agak kekuningan. Permukaan buah berbunga halus (seperti ada tepungnya). Ukuran : sekitar 1,5 x 2,5 cm. Ekologi : Tumbuh pada dataran lumpur, tepi sungai, daerah yang kering dan toleran terhadap kadar garam yang tinggi. Diketahui (di Bali dan Lombok) berbunga pada bulan Juli–Februari dan berbuah antara bulan November hingga Maret. Penyebaran : Kalimantan, Bali, Lombok, Semenanjung, Malaysia, Singapura. Kelimpahan : Tidak diketahui. Manfaat: Kayu bakar dan bahan bangunan (Noor et al., 1999).
Rhizophora apiculata
5928-004-DD082DF1Nama setempat : Bakau minyak, bakau tandok, bakau akik, bakau puteh,   bakau kacang, bakau leutik, akik, bangka minyak, donggo akit, jangkar, abat, parai, mangi-mangi, slengkreng, tinjang wako. Deskripsi umum : Pohon dengan ketinggian mencapai 30 m dengan diameter batang mencapai 50 cm. Memiliki perakaran yang khas hingga mencapai ketinggian 5 meter, dan kadang–kadang memiliki akar udara yang keluar dari cabang. Kulit kayu berwarna abu–abu tua dan berubah-ubah. Daun berkulit, warna hijau tua dengan hijau muda pada bagian tengah kemerahan dibagian bawah. Gagang daun panjangnya 17-35 mm dan warnanya kemerahan. Unit   dan letak: sederhana dan berlawanan. Bentuk : elips menyempit dan meruncing. Ukuran 7-19 x 3,5-8 cm. Bunga : Biseksual, kepala bunga kekuningan yang terletak pada gagang berukuran < 14 mm. Letak : di ketiak daun. Formasi: kelompok (2 bunga per kelompok). Daun mahkota : 4; kuning putih, tidak ada rambut, panjangnya 9-11 mm. Kelopak bunga : 4; kuning kecoklatan, melengkung, Benang sari : 11-12 tak bertangkai. Buah : Buah kasar berbentuk bulat memanjang hingga seperti buah pir , warna coklat, panjang 2,3-5 cm, berisi satu biji fertil. Hipokotil Silindris, berbintil, berwarna hijau jingga. Leher kotilodon berwarna merah jika sudah matang. Ukuran: Hipokotil panjang 18-38 cm dan diameter 1-2 cm. Ekologi : Tumbuh pada tanah berlumpur, halus, dalam dan tergenang pada saat pasang normal. Tidak menyukai substrat yang lebih keras yang bercampur dengan pasir. Tingkat dominasi bisa mencapai 90% dari vegetasi yang tumbuh di suatu lokasi. Menyukai perairan pasang surut yang memiliki pengaruh masukan air tawar yang kuat secara permanen. Percabangan akarnya dapat tumbuh secara abnormal karena gangguan kumbang yang menyerang ujung akar. Kepiting dapat juga menghambat pertumbuhan mereka karena mengganggu kulit akar anakan. Tumbuh lambat, tetapi perbungaan terdapat sepanjang tahun. Penyebaran : Srilanka, seluruh Malaysia dan Indonesia hingga Australia Tropis dan Kepulauan Pasifik. Kelimpahan : Melimpah di Indonesia, tersebar jarang di Australia. Manfaat : Kayu dimanfaatkan untuk bahan bangunan, kayu bakar dan arang. Kulit kayu berisi hingga 30% tannin (per sen berat kering). Cabang akar dapat digunakan sebagai jangkar dengan diberati batu. Di Jawa acap kali ditanam di pinggiran tambak untuk melindungi pematang. Sering digunakan sebagai tanaman penghijauan (Noor   et al., 1999).
Avicennia marina (Forsk.) Vierh.
det10-6Nama setempat api-api putih, api-api abang, sia-sia putih, pejapi, nyapi, hajusia. Deskripsi Umum belukar atau pohon yang tumbuh tegak atau menyebar, ketinggian mencapai 30 m. memiliki sistem perakaran horizontal yang rumit dan berbentuk pensil (atau berbentuk asparagus), akar nafas tegak dengan sejumlah lentisel. Kulit kayu halus dengan burik-burik hijau-abu dan terkelupas dalam bagian-bagian kecil. Ranting muda dan tangkai daun berwarna kuning tidak berbulu. Bagian atas permukaan daun ditutupi bintik-bintik kelenjar berbentuk cekung. Bagian bawah daun putih-abu-abu muda. Unit & letaknya sederhana dan berlawanan.memiliki bentuk daun elips, bulat memanjang, bulat telur terbalik. Ujungnya meruncing hingga membundar, dengan ukuran 9 x 4,5 cm. Bunga seperti trisula dengan bunga bergerombol muncul di ujung tandan, bau menyengat, nektar banyak. Letaknya di ujung atau di ketiak/tandan bunga. Daun mahkota ada 4 dengan warna kuning pucat jingga tua berukuran 5-6 mm. Kelopak bunga berjumlah 5 lalu benang sari ada 4. Merupakan tumbuhan pionir pada lahan pantai yang terlindung, memiliki kemampuan menempati dan tumbuh pada berbagai habitat pasang surut, bahkan di tempat asin sekalipun. Jenis ini juga dapat bergerombol membentuk suatu kelompok pada habitat tertentu. Berbuah sepanjang tahun, kadang-kadang bersifat vivipar. Buah membuka pada saat matang, mempunyai lapisan dorsal. Buah juga dapat membuka karena dimakan semut atau setelah penyerapan air. Buah dapat dimakan. Kayu dapat menghasilkan bahan kertas berkualitas tinggi. Daun digunakan sebagai makanan ternak.
Acrostichum aureum
DSC05499 (09)Nama setempat mangrove varen, paku cai, hata diuk, paku laut. Batang menebal di bagian pangkal, cokelat tua dengan peruratan yang halus, pucat, tipis. Ujung daun fertil berwarna cokelat seperti karat, duri banyak berwarna hitam. Tumbuh di pematang tambak, sepanjang kali dan sungai payau dan saluran. Terdapat di seluruh Indonesia. Daun tua dapat digunakan sebagai obat, alas ternak dan dapat dimakan di daerah Timor dan Sulawesi Utara (Noor et al, 1999).

Sumber: Meteri Penyuluhan Perikanan, Mengelola Ekosistem Mangrove oleh Ir. Basuki Rahmad, M.Si (https://suksesmina.wordpress.com/2015/02/04/1057/)

Tidak ada komentar:

Pengelolaan Lobster (Panulirus spp.) dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini menteri Kelautan dan  Perikanan mengeluarkan peraturan baru untuk pengelolaan lobster ...