Senin, 15 Juli 2019

Metode Pembesaran Terbaru Budidaya Kakap Putih




Pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berupaya menjadikan ikan kakap putih sebagai komoditas unggulan terbaru di sektor perikanan di Tanah Air. Pasar ekspor kakap putih mencakup kawasan Australia, Amerika Serikat, Eropa, dan negara-negara di Timur Tengah. Namun, produksi kakap putih di Indonesia baru mencapai kisaran 300 ribu ton per tahun. Karena itu teknologi budidaya kakap putih intensif dikembangkan untuk mendongkrak pertumbuhan produksi ikan ini. 

Pengembangan budidaya kakap putih bisa dilakukan dengan menggunakan keramba jaring apung (KJA). Tapi, kelangsungan hidup (survival rate/SR) dalam budidaya kakap putih di KJA jarang mencapai 50 %. 
     

Kakap putih

Baru-baru ini peneliti dari Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam sudah mengujicoba perbaikan teknologi dalam usaha pembesaran kakap putih di keramba jaring apung, sebagai upaya meningkatkan produksi.

Metode teknologi terbaru pembesaran dalam budidaya kakap putih, sebagai berikut:

Memperhatikan Asal dan Ukuran Benih

Benih kakap putih sebaiknya berasal dari hatchery (panti benih). Keunggulan menggunakan benih dari hatchery yaitu kualitas yang terjaga dan ukuran yang seragam. Kekurangan memakai benih dari hasil tangkapan alam yaitu ukuran benih yang tak seragam, dan sering terdapat luka pada benih akibat penangkapan.

Ukuran benih patut diperhatikan. Benih yang akan ditebar sebaiknya berukuran lebih dari 10 cm berbobot 15 hingga 20 gram.

Vaksinasi Benih 

Bakteri streptococcus dan bakteri vibrio menjadi momok menakutkan dalam usaha budidaya kakap putih. Vaksinasi mutlak dilakukan terhadap benih kakap putih untuk mencegah serangan bakteri streptococcus dan bakteri vibrio. Vaksinasi dengan cara suntik dilakukan kepada benih kakap putih yang berukuran lebih dari 10 cm.

Aklimamatisasi dan Pengaturan Padat Tebar

Aklimatisasi wajib dilakukan dalam penebaran benih kakap putih. Aklimatisasi adalah proses pengadaptasian atau penyesuaian lingkungan terhadap lingkungan baru.

Karena perbedaan suhu serta salinitas antara daerah asal benih dan media transportasi dengan kondisi air tempat pemeliharaan, diperlukan aklimatisasi.

Apabila media transportasi memakai kantong plastik, aklimatisasi dilakukan melalui cara plastik diapungkan hingga suhu air dalam plastik hampir sama dengan air media pemeliharaan. 

Kemudian kantong plastik dibuka dan air media pemeliharaan dimasukkan sedikit demi sedikit. Biasanya benih ikan akan aktif setelah sekitar 15 menit, dan kantong plastik dapat dimiringkan agar ikan bisa keluar sendiri.

Faktor penentu keberhasilan budidaya ikan adalah pengontrolan padat tebar benih, karena hal ini berkaitan dengan survival rate dan pertumbuhan. Jika ukuran dan berat ikan bertambah, padat tebar harus dikurangi agar pertumbuhan ikan optimal. Padat tebar ideal dalam budidaya kakap putih di KJA adalah
  • Fase Pendederan: 
    • ukuran ikan 10-12 cm, berat 15-20 gram padat tebar 75-100 ekor/m3
  • Fase Penggelondongan: 
    • ukuran ikan 14-15 cm, berat 40-50 gram, padat tebar 50-60 ekor/m3
  • Fase Pembesaran: 
    • ukuran ikan 17-20 cm, berat 75-100 gram, padat tebar 40-50 ekor/m3
    • ukuran ikan 20-25 cm, berat 150-200 gram, padat tebar 25-30 ekor/m3
    • ukuran ikan lebih dari 25 cm, berat berat lebih dari 250 gram, padat tebar 10-20 ekor/m3
Pengontrolan Pakan, Pemberian Vitamin & Probiotik 

Pemberian pakan dilakukan lebih sering pada tahap awal pemeliharaan kakap putih, minimal 4 kali sehari sampai ikan kenyang. Frekuensi pemberian pakan dapat dikurangi 2-3 sehari apabila ikan sudah tumbuh lebih besar. 

Pemberian pakan jangan sampai meninggalkan sisa, karena sisa pakan di KJA jadi incaran ikan di luar budidaya seperti ikan buntal yang berbahaya dan merobek jaring. Sisa pakan juga menimbulkan penyakit.

Dosis pemberian pakan kakap putih berkisar 5-10 % dari biomassa untuk ikan berukuran kurang dari 100 gram, dan 3-5 % untuk ikan berukuran lebih dari 100 g. 
Pemberian vitamin C, multivitamin dan probiotik pada kakap putih juga perlu diperhatikan.

Pemberian vitamin C dan multivitamin dapat meningkatkan kesehatan ikan sehingga warnanya lebih cerah, dan gerakan ikan lebih agresif. Probiotik untuk menjaga kesehatan pencernaan ikan kakap putih.

Karena vitamin C mudah rusak dan larut dalam air, pemberian vitamin C dilakukan bersamaan dengan pemberian pakan ikan. Vitamin C dibuat dalam bentuk pelet basah. Dosis vitamin C 2 g/kg berat pakan yang diberikan dua kali seminggu. Takaran dosis serupa pada probiotik buat kakap putih, yaitu 2 g/kg berat pakan yang diberikan dua kali seminggu. 

Pengelolaan Kesehatan Ikan 

Untuk menjaga kesehatan ikan kakap putih diperlukan pengelolaan lingkungan hidup dengan melakukan pergantian jaring, memonitor parameter kualitas air, merendam ikan dengan air tawar secara periodik.

Diperlukan pengetahuan untuk mendeteksi gejala ikan yang terkena penyakit, antara lain hilangnya nafsu makan, perubahan warna tubuh yang lebih gelap, pergerakan renang melambat, sirip bengkok, ikan naik ke permukaan air atau menempel di dinding/dasar jaring, ikan menggesek-gesekkan badan pada jaring, ikan memisahkan diri dari kelompok.


Tidak ada komentar:

Pengelolaan Lobster (Panulirus spp.) dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini menteri Kelautan dan  Perikanan mengeluarkan peraturan baru untuk pengelolaan lobster ...