Minggu, 28 April 2019

USAHA BUDIDAYA PERIKANAN LAUT






Budidaya Perikanan Laut merupakan salah satu usaha perikanan dengan cara pengembangan sumber-dayanya dalam area terbatas baik di alam terbuka maupun tertutupbagian dari budidaya perairan (akuakultur) yang melibatkan budidaya organisme-organisme laut, dengan tujuan untuk memproduksi baik berupa bahan pangan maupun produk lainnya yang dilakukan di laut terbuka, laut tertutup, di dalam tanki, kolam atau saluran air yang diisi dengan air laut. 
Tempat untuk budidaya laut, harus mempunyai fasilitas alami tertentu, terutama persediaan air yang sangat cukup, dengan suhu, salinitas dan kesuburan yang sesuai. Dalam hal ini penting diperhatikan pula bahwa pengusaha budidaya menjalankan pengawasan melalui pemilikan, hak sewa menyewa atau cara lain untuk menjalankan pengawasan. Di Laut sistem demikian menimbulkan masalah, karena orang masih mempunyai pandangan bahwa laut adalah milik kita bersama. Tujuan yang menjadi target pencapaian dalam pelaksanaan budidaya laut, diantaranya adalah:
  1. Efektif dan efisien
  2. Menghasilkan komoditas yang lebih baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Beberapa ikan penting dari kelompok ikan demersal (ikan yang hidup di dekat atau di dasar laut) yang merupakan andalan dalam ekspor telah berhasil dibudidayakan, diantaranya kerapu bebek (Cromileptes altivelis), kerapu lumpur (Epinephelus suillus,  E. coioides), kerapu macan             (E. fuscoguttatus), kakap putih (Lates calcalifer), kakap mata kucing (psammoperca waigeiensis), kerapu batik (Epinephelus microdon), kerapu sunuk (pletcropomus maculatus, P.leopardus) napoleon (Cheilinus undulatus), kerapu kerang (Epinephelus hemiochus), klon atau nemo (Amphiphrion ocellaris), kuda laut (Hippocampus kuda) dan kakap merah (Lutjanus johnii ,L .argentimacuslatus, L. sebae). Budi daya ikan – ikan tersebut telah dilakukan secara penuh, karena teknologi budidayanya telah dikuasai mulai dari pembenihan hingga pembesaran.
Sementara (ikan pelagis ikan yang hidup di bagian atas dekat permukaan laut) yang              telah berhasil dibudidayakan secara penuh adalah kuwe macan (Gnathanodon speciosus), kobia (Rachycentron canadum), dan bawal bintang (Trachinotus blochi). Sementara ikan tuna (Thunnus)  yang menjadi andalan ekspor Indonesia sejak lama, sampai saat ini masih dalam tahap percobaan budi daya, terutama pembenihan terkontrol.
Spesies ikan ekonomi penting yang sudah dapat di budidayakan namun belum penuh, karena produksi benihnya belum dilakukan secara terkontrol, antara lain bawal putih (Pampus argenteus/ Stromateus cinereus), bawal hitam (Parastromateus niger),  kuwe biru (Caranx melampygus), kuwe putih (C. sexfascistus), ekor kuning (Caesio sp ) titang (scatophagus argus),  belanak (Mugil cephalus, M. labiosus)  dan lencam (letharinus sp)
Ikan Penting yang diharapkan akan menjadi ikan kultur atau Ikan budi daya adalah ikan terbang (Cypeslurus sp). Nilai ekonomi pada ikan serbung adalah telurnya yang merupakan komoditas ekspor terutama ke lepang. Uji coba membesarkan larvanya belum berhasil dilakukan spesies ikan laut yang potensial menjadi ikan budi daya, baik ikan konsumsi maupun ikan hias,  sangat banyak. Di antara ikan demensal penting yang dapat dibudidayakan adalah berbagai spesies ikan kerapu (Epinephelus Plectropomus Ceyhalopholi), kakap merah (Lujanus Pristipomoides),  lencam (Lerhrinus), ekor kuning (Caesio,  Pterocaesio), biji nangka (Milloidicihthys Parupeneus Upeneus), napoleon (Cheilinus),beronang (siganus), dan ratusan spesies ikan hias ekonomis. Sedangkan ikan pelagis penting yang dapat dibudidayakan di antaranya marlin (Tetraptruras,  Makaira, Istiophorus) cakalang (Katsuwonus pelamis) tongkol (Auxis thazard,euthynnus affinis), tengiri. (scomberemus), layang (Decapterus), Selar (Selar, Selaroides), dan kembung (Rastrelliger brachysoma, R. kanagurta).
Seiring dengan perkembangan Usaha budidaya laut yang pesat, namun perkembangan ini pun telah menjadi suatu kontroversi yang berkaitan dengan dampak-dampak sosial dan lingkungan. Beberapa dampak lingkungan dari budidaya laut secara umum adalah : 
  • Limbah yang dihasilkan dari budidaya keramba (jaring apung);
  • Beberapa species yang bersifat invasif dan terlepas dari kolam budidaya;
  • Pencemaran genetik dan penyebaran penyakit dan parasit;
  • Perubahan ekosistem yang disebabkan modifikasi habitat.
Oleh karena itu, dalam usaha budidaya perikanan laut diperlukan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk usaha Budidaya perikanan laut dan pantai agar tidak menimbulkan dampak negative bagi lingkungan sekitarnya, yaitu :
  • Perairan harus tenang dan terlindung dari arus / gelombang
  • Kedalaman perairan 5 -15 meter
  • Dasar perairan sebaiknya sesuai dengan habitat asal ikan yang akan dibudidayakan
  • Bebas dari bahan cemaran
  • Tidak menimbulkan gangguan terhadap alur pelayaran
  • Mudah dicapai dari darat
  • Lokasi budidaya aman dari tindak pencurian dan penjarahan
  • Memenuhi syarat dari segi fisik-kimia kualitas air yaitu ;
  1. - Kecepatan arus 15 – 20 cm/detik
  2. - Suhu : 27 – 29 derajat Celcius
  3. - Keasaman air > 7 (basa)
  4. - Oksigen terlarut . > 5 ppm
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas air dan kehidupan biota laut yang dibudidayakan adalah seperti di bawah ini :
1. S u h u
Suhu merupakan faktor fisika yang penting dimana-mana di dunia. Kenaikan suhu mempercepat reaksi-reaksi kimiawi; Setiap perubahan suhu cenderung untuk mempengaruhi banyak proses kimiawi yang terjadi secara bersamaan pada jaringan tanaman dan binatang, karenanya juga mempengaruhi biota secara keseluruhan.
2. Salinitas
Keanekaragaman salinitas dalam air laut akan mempengaruhi jasad-jasad hidup akuatik melalui pengendalian berat jenis dan keragaman tekanan osmotik. Jenis-jenis biota perenang ditakdirkan untuk mempunyai hampir semua jaringan-jaringan lunak yang berat jenisnya mendekati berat jenis air laut biasa, sedangkan jenis-jenis, yang hidup di dasar laut (bentos) mempunyai berat jenis yang lebih tinggi daripada air laut di atasnya.
3. Kekeruhan (Siltasi)
Siltasi tidak hanya membahayakan ikan tetapi juga menyebabkan air tidak produktif karena menghalangi masuknya sinar matahari untuk fotosintesa.
4. Kadar oksigen terlarut
Sumber O2 terlarut dari perairan adalah udara di atasnya, proses fotosintese dan glycogen dari binatang itu sendiri. Air yang tak ber – O2 selalu jarang terdapat disamudera. O2 dihasilkan oleh proses fotosintesa dari binatang dan tumbuh-tumbuhan dan diperlukan bagi pernafasan.Beberapa bakteria maupun beberapa binatang dapat hidup tanpa O2 (anaerobik) sama sekali; lainnya dapat hidup dalam keadaan anaerobik hanya sebentar tetapi memerlukan penyediaan O2 yang berlimpah setiap kali. Kebanyakan dapat hidup dalam keadaan kandungan O2 yang rendah sekali tapi tak dapat hidup tanpa O2 sama sekali.
5. pH (derajat keasaman)
Air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan memberikan petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat menimbulkan perubahan dan ketidak seimbangan kadar CO2 yang dapat membahayakan kehidupan biota laut. Perubahan pH dapat mempunyai akibat buruk terhadap kehidupan biota laut, baik secara langsung maupun tidak langsung. Akibat langsung adalah kematian ikan, burayak, telur, dan lain-lainnya, serta mengurangi produktivitas primer. Akibat tidak langsung adalah perubahan toksisitas zat-zat yang ada dalam air, misalnya penurunan pH sebesar 1,5 dari nilai alami dapat memperbesar toksisitas NiCN sampai 1000 kali.
6. Cahaya
Sinar mempunyai arti penting dalam hubungannya dengan beraneka gejala, termasuk penglihatan, fotosintesa, pemanasan dan perusakan aktinik. Mata adalah sensitip terhadap kekuatan sinar yang berbeda-beda. Binatang-binatang mangsa mudah mengetahui pemangsanya pada terang bulan daripada gelap bulan. Alga hijau Enteromorpha kecepatan fotosintesanya tinggi pada sinar merah, sangat kurang pada sinar biru, dan sangat rendah pada sinar hijau. Bentuk-bentuk yang hidup di laut dalam cenderung untuk menggunakan sinar-sinar dengan spaktrum hijau dan biru. Karena sifat sinar yang masuk air, spektrum merah lebih banyak diserap air dalamperjalanan ke bawah air.
7. Gelombang
Gelombang ditimbulkan oleh angin, pasang-surut dan kadang-kadang oleh gempa bumi dan gunung meletus (dinamakan tsunami). Gelombang mempunyai sifat penghancur. Biota yang hidup di mintakat pasang surut harus mempunyai daya tahan terhadap pukulan gelombang. Gelombang dengan mudah menjebol alga-alga dari substratanya. Ia diduga juga mengubah bentuk karang-karang pembentuk terumbu. Gelombang mencampur gas atmosfir ke dalam permukaan air sehingga memulai proses pertukaran gas.
8. Arus

Arus dapat mengakibatkan ausnya jaringan-jaringan jasad hidup yang tumbuh di daerah itu dan partikel-partikel dalam suspensi dapat menghasilkan pengikisan. Di perairan dengan dasar lumpur, arus dapat mengaduk endapan lumpur-lumpuran sehingga mengakibatkan kekeruhan air dan mematikan binatang. Juga kekeruhan yang diakibatkan bisa mengurangi penetrasi sinar matahari, dan karenanya mengurangi aktivitas fotosintesa. Manfaat dari arus bagi banyak biota adalah menyangkut penambahan makanan bagi biota-biota tersebut dan pembuangan kotoran-kotorannya. Arus juga memainkan peranan penting bagi penyebaran plankton, baik holoplankton maupun meroplankton. Terutama bagi golongan terakhir yang terdiri dari telur-telur dan burayak-burayak avertebrata dasar dan ikan-ikan. 
9. Bakteri
Bakteri dan virus patogen dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh biota, terutama pada saluran pencernaannya. Berbeda dengan jenis-jenis ikan, jenis-jenis kerang yang dimanfaatkan sebagai bahan makanan adalah seluruh bagian tubuhnya yang lunak, termasuk saluran pencernaannya. Oleh karena itu kemungkinan penularan bakteri dan virus patogen melalui jenis-jenis kerang lebih besar dibandingkan melalui ikan. Dengan demikian jumlah E. coli dalam air untuk budidaya kerang lebih diperhatikan dari pada dalam air untuk budidaya ikan dan rumput laut yang tidak dimakan mentah.

10. Pestisida 
Semua pestisida bersifat racun bagi manusia maupun organisme hidup lainnya. Sebagian pestisida bersifat persisten, misalnya organofosfat dan karbamat. Pestisida yang bersifat persisten umumnya lebih berbahaya, karena sukar untuk dikeluarkan setelah berada didalam jaringan tubuh. Gejala keracunan organoklorin umumnya sama, hanya berbeda dalam tingkat keparahan. 
11. Logam berat
Secara alamiah unsur-unsur logam berat terdapat di alam, namun dalam jumlah yang sangat rendah. Dalam air laut kandungan logam berat berkisar antara 10-5 – 10-2 ppm. Pada umumnya logam berat dibutuhkan oleh organisme hidup untuk pertumbuhan dan perkembangan hidupnya, tetapi pada kadar tertentu bersifat racun bagi organisme perairan. Dalam jumlah yang besar, akan bersifat racun. Toksisitas logam berat ini tergantung pada kadar dan bentuk senyawa. Contonya Cr dapat meninggikan kepekaan pada kulit. Tetapi air dengan kadar Cr = 0,05 ppm sangat kecil kemungkinannya untuk dapat menimbulkan penyakit. Disamping itu toksisitas juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perairan tersebut, seperti pH, salinitas, suhu, DO dan adanya faktor sinergis dan antagonis dari beberapa unsur dan lain-lainnya.
12. Chemical Oxygen Demand ( COD )

Merupakan ukuran akan banyaknya zat-zat organik yang terdapat dalam suatu perairan. Zat-zat organik yang terdapat dalam air laut : berasal dari alam atau buangan domestik, industri dan pertanian. ada yang mudah diuraikan dan ada yang sukar diuraikan oleh mikroorganisme
umumnya bersifat toksik, sehingga membahayakan kehidupan organisme perairan.
13. W a r n a

Air laut berwarna karena proses alami, baik yang berasal dari proses biologis maupun non-biologis. Produk dari proses biologis dapat berupa humus, gambut dan lain-lain, sedangkan produk dari proses non-biologis dapat berupa senyawa-senyawa kimia yang mengandung unsur Fe, Ni, Co, Mn, dan lain-lain. Selain itu perubahan warna air laut dapat pula disebabkan oleh kegiatan manusia yang menghasilkan limbah berwarna. Air laut dengan tingkat warna tertentu/dapat mengurangi proses fotosintesa serta dapat menganggu kehidupan biota akuatik terutama fitoplankton dan beberapa jenis bentos.
Referensi 
Aji Nugroho. Murdjani M, dan Notowinarto, 1989. Budidaya Ikan Kerapu di Kurungan Apung, INFIS manual seri 104. Ditjen Perikanan dan IDRC, Jakarta.
Budidarma. 2011. Jenis Komoditas Laut. Diakses dari http://budidarma.com/2011/09/jenis-komoditas-budidaya-laut.html pada tanggal 7 April 2017.
Hidayat, Gunawan, 2010. BUDIDAYA PERIKANAN LAUT DAN PANTAI SEBAGAI ALTERNATIF PEMENUHAN KEBUTUHAN PRODUKSI IKAN NASIONAL. Skripsi. Universitas Negeri Jogyakarta. Jogjakarta. http://biotalaut99.com/2009/07/kualitas-air-dalam-budidaya-laut.html (diakses pada tanggal 7 april 2017).
Suciantoro. 1997. Teknik Budidaya Ikan Laut Dengan Rekayasa Lingkungan. Makalah. Pertemuan Rekayasa Teknologi Pembenihan Budidaya Ikan Indonesia. Surabaya: Dirjen Perikanan. Diakses dari https://okela.net/jenis-ikan-air-laut-yang-dapat-dibudidayakan.html pada tanggal 15 April 2017.

Ditulis oleh :
ADE YUNAIFAH A, SE (Widyasiwara BPPP Tegal)

Tidak ada komentar:

Pengelolaan Lobster (Panulirus spp.) dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini menteri Kelautan dan  Perikanan mengeluarkan peraturan baru untuk pengelolaan lobster ...