Selasa, 23 April 2019

Panduan Lengkap Cara Budidaya Rumput Laut Yang Bernilai Ekonomi Tinggi



Rumput laut atau Seaweed merupakan salah satu jenis ganggang, ganggang sendiri dibagi menjadi beberapa kelas yakni ganggang hijau biru atau cyanophyceae, ganggang hijau atau chloropheceae, ganggang merah atau rhodophyceae dan ganggang coklat atau pheaceophyceae. Ganggang hijau biru dan ganggang hijau banyak hidup di perairan tawar sedangkan ganggang merah dan ganggang coklat banyak tumbuh di perairan laut dan ganggang ini dikenal dengan rumput laut. Ganggang merah sering dimanfaatkan untuk bahan baku dalam industri agar-agar, fulcellaran, carragenan serta berbagai produk lainnya sedangkan Ganggang coklat (rockweed atau rumput karang) dimanfaatkan dalam industri alginat. Rumput laut meupakan rumput yang tumbuh melekat pada substrat yang terdapat dalam laut seperti karang, bebatuan dan juga bangkai kulit karang.

Kini banyak orang yang tinggal disekitar pantai banyak melakukan budidaya rumput laut, Di indonesia setidaknya ada sekitar 555 spesies rumput laut, dan ada sekitar 55 spesies rumput laut yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi seperti Gracilaria sp, Eucheuma sp, dan Gelidium. Berikut adalah cara budidaya rumput laut :

Dalam melakukan budidaya rumput laut jenis Eucheuma sp. perlu diperhatikan beberapa faktor baik itu teknis atau nonteknis, seperti :

Faktor Teknis

  • Kelayakan Lokasi Buddidaya

Lokasi budidaya rumput laut yang baik adalah lokasi yang memiliki pergerakan air yang cukup yaitu 20cm-30cm/detik, tidak memiliki gelombang yang kuat, bebas dari pengaruh angin topan, bagian dasar perairan terdiri dari pasir dan bebatuan serta bebas dari lumpur, saat surut air masih memiliki kedalaman sekitar 30cm-60cm, memiliki kejernihan air sekitar 5 cm, air memiliki suhu sekitar 20°C-28°C dengan fluktuasi harian maksimal 4°C, memiliki slinitas sekitar 28 hingga 34. air memiliki pH sekitar 7 hingga 9, air terbebas dari bahan kimia, lokasi budidaya bebas dari ikan ataupun hewan air herbivora lainnya, lokasi mudah dijangkau, terdapat sumber tenaga yang cukup, serta bahan pendukung seperti benih, bambu dan lainnya mudah diperoleh.

  • Temperatur dan Sanitasi

Sebaiknya air laut memiliki temperatur sekitar 27°C – 30°C. Apabila terjadi kenaikan temperatur maka akan terjadi adanya uliment dan meliputi epiphyt, sehingga tanaman akan rontok. Sedangkan sanitasi air sangat bergantung pada faktor penguapan, serta ada tidaknya sumber air tawar. Untuk menghindari sanitasi yang buruk sebaiknya lokasi budidaya rumput laut jauh dari muara sungai untuk menghindari endapan lumpur. Dari semua faktor yang disebutkan, perlu pula memperhitungkan ada tidaknya pencemaran air laut seperti : limbah pabrik, genangan minyak, dan bahan peledak atau bahan kimia untuk penangkapan ikan.


  •   Gerakan Air
Gerakan air merupakan sarana untuk mengangkut zat makanan yangdiperlukan oleh rumput laut selin itu gerakan air juga merupakan alat untuk membersihkan sedimen dan juga epiphyt pada tanaman rumput laut. Gerakan air atau kecepatan arus yang baik untuk budidaya rumput laut adalah sekitar 20-40 cm/detik.


  •   Faktor Non Teknis

Faktor nonteknis dalam budidaya rumput laut diantaranya : sarana dan prasarana komunikasi dan transportasi, serta sosial ekonomi masyarakat sekitar.
Budidaya Rumput Laut

a. Penyediaan dan Pemilihan Bibit Rumput Laut
Penyediaan rumpt laut dapat dilakukan dengan cara vegetatif dan generatif. Bibit yang digunakan untuk budidaya merupakan bibit yang berasal dari stek tanaman rumput laut yang sudah dibudidayakan berkualitas unggul (memiliki banyak cabang) yang masih muda, bersih dan segar dan memiliki angka pertumbuhan harian yang baik.

b. Penanaman
Terdapat beberapa metode tanam rumput laut, diantaranya metode lepas dasar, rakit apung dan metode lepas dasar atau tali gantung.

1. Metode Lepas Dasar
Penanaman dengan metode ini, bibit diikatkan dengan batu-batu karang kemudian batuan karang tersebut disebarkan di dasar perairan. Metode ini cocok dilakukan pada perairan yang memiliki dasar rata dan tidak ditumbuhi karang dan juga tidak berpasir. Metode ini mudah dan hanya memerlukan peralatan yang sederhana, namun metode ini jarang dilakukan karena keberhasilannya belum diyakini dan mengingat pula persyaratan yang perlu dipenuhi yaitu lahan yang terbuka serta terdapat potongan-potongan batu karang yang kedudukannya sebagai substrat yang kokoh dan tidak terbawa arus. Selain sulitnya mendapatkan lahan budidaya seperti itu, kelemahan lain metode ini adalah nantinya akan ada banyak bibit yang hilang terbawa ombak, tidak dapat dilakukan di perairan yang berpasir, banyak mendapat gangguan dari bulubabi, dan memiliki produksi yang rendah.

2. Metoda Rakit Apung
Penanaman dengan metode ini, rakit apung yang digunakan terbuat dari bambu berukuran antara sekitar 2,5 x 2,5 meter persegi hingga 7 x 7 meter persegi bergantung pada ketersediaan bambu. agar rakit apung tidak terbawa arus maka gunakan jangkar sebagai penahanan atau juga bisa rakit diikatkan pada patok kayu yang telah ditancapkan di dasar laut .
Dalam memasang tali dan juga patok harus memperhitungkan faktor ombak, arus dan pasang surut air. Metode rakit apung ini cocok dilakukan pada lokasi budidaya yang memiliki kedalaman sekitar 60 cm. Bahan-bahan yang diperlukan untuk budidaya dengan metode ini adalah bibit, potongan bambu yang memiliki diameter sekitar 10 cm, potongan kayu penyiku yang memiliki diameter sekitar 5 cm, tali rafia, tali ris dengan diameter sekitar 4 mm dan 12 cm, serta jangkar besi, bongkah batu ataupun adukan semen pasir. Berikut adalah tahapan penanaman dengan metode ini :


  •  Potongan kayu dan bambu dirangkai, kemudian ikatkan jangkar pemberat dengan tali 12 mm.

  • Thallus dengan berat sekitar 100 gram diikatkan pada tali ris dengan menggunakan tali rafia   lalu diberi jarak sekitar 20 cm – 25 cm

  • Jarak antar tali ris yaitu sekitar 50 cm sedangkan panjang tali ris disesuaikan dengan panjang rait apung yang digunakan.

  •  Tali ris yang telah berisi tanaman diikatkan pada rakit. Untuk titik tanam juga disesuaikan dengan ukuran rakit apung. Untuk rakit apung yang memiliki ukuran 7 Meter x 7 meter maka ditanami sekitar 500 titik tanam rumput laut.


3.Metoda lepas dasar atau tali gantung
Penanaman rumput laut dengan metode lepas dasar atau tali gantung, tali ris yang sudah berisi ikatan tanaman direntangkan pada tali ris utama. Pengikatan tali ris pada tali ris utama dilakukan dengan benar agar nantinya mudah dibuka kembali. Tali ris utama yang terbuat dari bahan polyetilendengan diameter sekitar 8 mm dibentangkan pada patok. Jarak tiap tali ris dengan tali ris utama sekitar 20 cm. Patok terbuat dari kayu dengan diameter sekitar 5 cm adan panjang sekitar 2 m. Jarak patok untuk membentangkan tali ris utama adalah sekitar 2,5 m.

c. Pemeliharaan Tanaman Rumput Laut
Apabila terjadi kerusakan pada sarana budidaya maka harus segera diperbaiki, cek dan bersihkan kotoran yang menempel pada tanaman secara rutin.
Perlu pula dilakukan pemupukan apabila budidaya dilakukan di tambak (biasanya rumput laut jenis gracilaria sp) dengan menggunkan pupuk urea, TSP dan ZA, selain itu bila budidaya dilakukan di tambak maka perlu juga dilakukan pergantian air setiap 15 hari sekali saat bulan baru dan bulan purnama.

d. Pemanenan Rumput Laut
Rumput laut dapat mulai dipanen setelah berumur sekitar 6 minggu- 2 bulan setelah tanam atau telah memiliki berat per ikatan sekitar 800 gram. Cara memanen rumput laut pada saat air pasang adalah dengan cara mengangkat seluruh rumput laut ke darat kemudian tali rafia pengikat dipotong. Sedangkan pada saat air surut pemanenan dapat dilakukan secara langsung di lokasi budidaya.



Tidak ada komentar:

Pengelolaan Lobster (Panulirus spp.) dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini menteri Kelautan dan  Perikanan mengeluarkan peraturan baru untuk pengelolaan lobster ...