Budidaya Perikanan Laut merupakan
salah satu usaha perikanan dengan cara pengembangan sumber-dayanya dalam area
terbatas baik di alam terbuka maupun tertutupbagian dari budidaya perairan
(akuakultur) yang melibatkan budidaya organisme-organisme laut, dengan tujuan
untuk memproduksi baik berupa bahan pangan maupun produk lainnya yang dilakukan
di laut terbuka, laut tertutup, di dalam tanki, kolam atau saluran air yang
diisi dengan air laut.
Tempat untuk budidaya laut, harus
mempunyai fasilitas alami tertentu, terutama persediaan air yang sangat cukup,
dengan suhu, salinitas dan kesuburan yang sesuai. Dalam hal ini penting
diperhatikan pula bahwa pengusaha budidaya menjalankan pengawasan melalui
pemilikan, hak sewa menyewa atau cara lain untuk menjalankan pengawasan. Di
Laut sistem demikian menimbulkan masalah, karena orang masih mempunyai
pandangan bahwa laut adalah milik kita bersama. Tujuan yang menjadi target
pencapaian dalam pelaksanaan budidaya laut, diantaranya adalah:
- Efektif dan efisien
- Menghasilkan komoditas yang lebih baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Beberapa ikan penting
dari kelompok ikan demersal (ikan yang hidup di dekat atau di dasar
laut) yang merupakan andalan dalam ekspor telah berhasil
dibudidayakan, diantaranya kerapu bebek (Cromileptes
altivelis), kerapu lumpur (Epinephelus suillus, E.
coioides), kerapu
macan (E.
fuscoguttatus), kakap putih (Lates calcalifer), kakap mata
kucing (psammoperca waigeiensis), kerapu batik (Epinephelus microdon), kerapu
sunuk (pletcropomus maculatus, P.leopardus) napoleon (Cheilinus
undulatus), kerapu kerang (Epinephelus hemiochus), klon atau nemo (Amphiphrion
ocellaris), kuda laut (Hippocampus kuda) dan kakap
merah (Lutjanus johnii ,L .argentimacuslatus, L. sebae). Budi
daya ikan – ikan tersebut telah dilakukan secara penuh, karena teknologi
budidayanya telah dikuasai mulai dari pembenihan hingga pembesaran.
Sementara (ikan pelagis ikan
yang hidup di bagian atas dekat permukaan laut) yang
telah
berhasil dibudidayakan secara penuh adalah kuwe macan (Gnathanodon
speciosus), kobia (Rachycentron canadum), dan bawal
bintang (Trachinotus blochi). Sementara ikan tuna (Thunnus)
yang menjadi andalan ekspor Indonesia sejak lama, sampai saat ini masih dalam
tahap percobaan budi daya, terutama pembenihan terkontrol.
Spesies ikan ekonomi penting yang
sudah dapat di budidayakan namun belum penuh, karena produksi benihnya belum
dilakukan secara terkontrol, antara lain bawal putih (Pampus argenteus/
Stromateus cinereus), bawal hitam (Parastromateus niger), kuwe
biru (Caranx melampygus), kuwe putih (C. sexfascistus), ekor
kuning (Caesio sp ) titang (scatophagus argus), belanak (Mugil
cephalus, M. labiosus) dan lencam (letharinus sp)
Ikan Penting yang diharapkan akan
menjadi ikan kultur atau Ikan budi daya adalah ikan
terbang (Cypeslurus sp). Nilai ekonomi pada ikan serbung adalah telurnya
yang merupakan komoditas ekspor terutama ke lepang. Uji coba membesarkan
larvanya belum berhasil dilakukan spesies ikan laut yang potensial
menjadi ikan budi daya, baik ikan konsumsi maupun ikan hias, sangat
banyak. Di antara ikan demensal penting yang dapat dibudidayakan adalah
berbagai spesies ikan kerapu (Epinephelus Plectropomus
Ceyhalopholi), kakap merah (Lujanus Pristipomoides), lencam (Lerhrinus),
ekor kuning (Caesio, Pterocaesio), biji
nangka (Milloidicihthys Parupeneus Upeneus), napoleon (Cheilinus),beronang
(siganus), dan ratusan spesies ikan hias ekonomis. Sedangkan
ikan pelagis penting yang dapat dibudidayakan di antaranya marlin (Tetraptruras,
Makaira, Istiophorus) cakalang (Katsuwonus pelamis) tongkol (Auxis
thazard,euthynnus affinis), tengiri. (scomberemus), layang (Decapterus), Selar (Selar,
Selaroides), dan kembung (Rastrelliger brachysoma, R.
kanagurta).
Seiring dengan perkembangan Usaha
budidaya laut yang pesat, namun perkembangan ini pun telah menjadi suatu
kontroversi yang berkaitan dengan dampak-dampak sosial dan lingkungan. Beberapa
dampak lingkungan dari budidaya laut secara umum adalah :
- Limbah yang dihasilkan dari budidaya keramba (jaring apung);
- Beberapa species yang bersifat invasif dan terlepas dari kolam budidaya;
- Pencemaran genetik dan penyebaran penyakit dan parasit;
- Perubahan ekosistem yang disebabkan modifikasi habitat.
Oleh karena itu, dalam usaha
budidaya perikanan laut diperlukan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi
untuk usaha Budidaya perikanan laut dan pantai agar tidak menimbulkan dampak
negative bagi lingkungan sekitarnya, yaitu :
- Perairan harus tenang dan terlindung dari arus / gelombang
- Kedalaman perairan 5 -15 meter
- Dasar perairan sebaiknya sesuai dengan habitat asal ikan yang akan dibudidayakan
- Bebas dari bahan cemaran
- Tidak menimbulkan gangguan terhadap alur pelayaran
- Mudah dicapai dari darat
- Lokasi budidaya aman dari tindak pencurian dan penjarahan
- Memenuhi syarat dari segi fisik-kimia kualitas air yaitu ;
- - Kecepatan arus 15 – 20 cm/detik
- - Suhu : 27 – 29 derajat Celcius
- - Keasaman air > 7 (basa)
- - Oksigen terlarut . > 5 ppm
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kualitas air dan kehidupan biota laut yang dibudidayakan adalah seperti di
bawah ini :
1. S u h u
Suhu merupakan faktor fisika yang
penting dimana-mana di dunia. Kenaikan suhu mempercepat reaksi-reaksi kimiawi;
Setiap perubahan suhu cenderung untuk mempengaruhi banyak proses kimiawi yang
terjadi secara bersamaan pada jaringan tanaman dan binatang, karenanya juga
mempengaruhi biota secara keseluruhan.
2. Salinitas
Keanekaragaman salinitas dalam air
laut akan mempengaruhi jasad-jasad hidup akuatik melalui pengendalian berat
jenis dan keragaman tekanan osmotik. Jenis-jenis biota perenang ditakdirkan
untuk mempunyai hampir semua jaringan-jaringan lunak yang berat jenisnya
mendekati berat jenis air laut biasa, sedangkan jenis-jenis, yang hidup di
dasar laut (bentos) mempunyai berat jenis yang lebih tinggi daripada air laut
di atasnya.
3. Kekeruhan (Siltasi)
Siltasi tidak hanya membahayakan
ikan tetapi juga menyebabkan air tidak produktif karena menghalangi masuknya
sinar matahari untuk fotosintesa.
4. Kadar oksigen terlarut
Sumber O2 terlarut dari perairan
adalah udara di atasnya, proses fotosintese dan glycogen dari binatang itu
sendiri. Air yang tak ber – O2 selalu jarang terdapat disamudera. O2 dihasilkan
oleh proses fotosintesa dari binatang dan tumbuh-tumbuhan dan diperlukan bagi
pernafasan.Beberapa bakteria maupun beberapa binatang dapat hidup tanpa O2
(anaerobik) sama sekali; lainnya dapat hidup dalam keadaan anaerobik hanya
sebentar tetapi memerlukan penyediaan O2 yang berlimpah setiap kali. Kebanyakan
dapat hidup dalam keadaan kandungan O2 yang rendah sekali tapi tak dapat hidup
tanpa O2 sama sekali.
5. pH (derajat keasaman)
Air laut mempunyai kemampuan
menyangga yang sangat besar untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit
saja dari pH alami akan memberikan petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal
ini dapat menimbulkan perubahan dan ketidak seimbangan kadar CO2 yang dapat
membahayakan kehidupan biota laut. Perubahan pH dapat mempunyai akibat buruk
terhadap kehidupan biota laut, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Akibat langsung adalah kematian ikan, burayak, telur, dan lain-lainnya, serta
mengurangi produktivitas primer. Akibat tidak langsung adalah perubahan
toksisitas zat-zat yang ada dalam air, misalnya penurunan pH sebesar 1,5 dari
nilai alami dapat memperbesar toksisitas NiCN sampai 1000 kali.
6. Cahaya
Sinar mempunyai arti penting dalam
hubungannya dengan beraneka gejala, termasuk penglihatan, fotosintesa,
pemanasan dan perusakan aktinik. Mata adalah sensitip terhadap kekuatan sinar
yang berbeda-beda. Binatang-binatang mangsa mudah mengetahui pemangsanya pada
terang bulan daripada gelap bulan. Alga hijau Enteromorpha kecepatan
fotosintesanya tinggi pada sinar merah, sangat kurang pada sinar biru, dan
sangat rendah pada sinar hijau. Bentuk-bentuk yang hidup di laut dalam
cenderung untuk menggunakan sinar-sinar dengan spaktrum hijau dan biru. Karena
sifat sinar yang masuk air, spektrum merah lebih banyak diserap air
dalamperjalanan ke bawah air.
7. Gelombang
Gelombang ditimbulkan oleh angin,
pasang-surut dan kadang-kadang oleh gempa bumi dan gunung meletus (dinamakan
tsunami). Gelombang mempunyai sifat penghancur. Biota yang hidup di mintakat
pasang surut harus mempunyai daya tahan terhadap pukulan gelombang. Gelombang
dengan mudah menjebol alga-alga dari substratanya. Ia diduga juga mengubah
bentuk karang-karang pembentuk terumbu. Gelombang mencampur gas atmosfir ke
dalam permukaan air sehingga memulai proses pertukaran gas.
8. Arus
Arus dapat mengakibatkan ausnya jaringan-jaringan
jasad hidup yang tumbuh di daerah itu dan partikel-partikel dalam suspensi
dapat menghasilkan pengikisan. Di perairan dengan dasar lumpur, arus dapat
mengaduk endapan lumpur-lumpuran sehingga mengakibatkan kekeruhan air dan
mematikan binatang. Juga kekeruhan yang diakibatkan bisa mengurangi penetrasi
sinar matahari, dan karenanya mengurangi aktivitas fotosintesa. Manfaat dari
arus bagi banyak biota adalah menyangkut penambahan makanan bagi biota-biota
tersebut dan pembuangan kotoran-kotorannya. Arus juga memainkan peranan penting
bagi penyebaran plankton, baik holoplankton maupun meroplankton. Terutama bagi
golongan terakhir yang terdiri dari telur-telur dan burayak-burayak avertebrata
dasar dan ikan-ikan.
9. Bakteri
Bakteri dan virus patogen dapat
terakumulasi dalam jaringan tubuh biota, terutama pada saluran pencernaannya.
Berbeda dengan jenis-jenis ikan, jenis-jenis kerang yang dimanfaatkan sebagai
bahan makanan adalah seluruh bagian tubuhnya yang lunak, termasuk saluran
pencernaannya. Oleh karena itu kemungkinan penularan bakteri dan virus patogen
melalui jenis-jenis kerang lebih besar dibandingkan melalui ikan. Dengan
demikian jumlah E. coli dalam air untuk budidaya kerang lebih diperhatikan dari
pada dalam air untuk budidaya ikan dan rumput laut yang tidak dimakan mentah.
10. Pestisida
Semua pestisida bersifat racun bagi
manusia maupun organisme hidup lainnya. Sebagian pestisida bersifat persisten,
misalnya organofosfat dan karbamat. Pestisida yang bersifat persisten umumnya
lebih berbahaya, karena sukar untuk dikeluarkan setelah berada didalam jaringan
tubuh. Gejala keracunan organoklorin umumnya sama, hanya berbeda dalam tingkat
keparahan.
11. Logam berat
Secara alamiah unsur-unsur logam
berat terdapat di alam, namun dalam jumlah yang sangat rendah. Dalam air laut
kandungan logam berat berkisar antara 10-5 – 10-2 ppm. Pada umumnya logam berat
dibutuhkan oleh organisme hidup untuk pertumbuhan dan perkembangan hidupnya,
tetapi pada kadar tertentu bersifat racun bagi organisme perairan. Dalam jumlah
yang besar, akan bersifat racun. Toksisitas logam berat ini tergantung pada
kadar dan bentuk senyawa. Contonya Cr dapat meninggikan kepekaan pada kulit.
Tetapi air dengan kadar Cr = 0,05 ppm sangat kecil kemungkinannya untuk dapat
menimbulkan penyakit. Disamping itu toksisitas juga dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan perairan tersebut, seperti pH, salinitas, suhu, DO dan adanya faktor
sinergis dan antagonis dari beberapa unsur dan lain-lainnya.
12. Chemical Oxygen Demand ( COD )
Merupakan ukuran akan banyaknya
zat-zat organik yang terdapat dalam suatu perairan. Zat-zat organik yang
terdapat dalam air laut : berasal dari alam atau buangan domestik, industri dan
pertanian. ada yang mudah diuraikan dan ada yang sukar diuraikan oleh
mikroorganisme
umumnya bersifat toksik, sehingga membahayakan kehidupan organisme perairan.
umumnya bersifat toksik, sehingga membahayakan kehidupan organisme perairan.
13. W a r n a
Air laut berwarna karena proses
alami, baik yang berasal dari proses biologis maupun non-biologis. Produk dari
proses biologis dapat berupa humus, gambut dan lain-lain, sedangkan produk dari
proses non-biologis dapat berupa senyawa-senyawa kimia yang mengandung unsur
Fe, Ni, Co, Mn, dan lain-lain. Selain itu perubahan warna air laut dapat pula
disebabkan oleh kegiatan manusia yang menghasilkan limbah berwarna. Air laut
dengan tingkat warna tertentu/dapat mengurangi proses fotosintesa serta dapat
menganggu kehidupan biota akuatik terutama fitoplankton dan beberapa jenis
bentos.
Referensi
Aji Nugroho. Murdjani M, dan
Notowinarto, 1989. Budidaya Ikan Kerapu di Kurungan Apung, INFIS manual
seri 104. Ditjen Perikanan dan IDRC, Jakarta.
Budidarma. 2011. Jenis Komoditas
Laut. Diakses dari http://budidarma.com/2011/09/jenis-komoditas-budidaya-laut.html pada tanggal 7 April 2017.
Hidayat, Gunawan, 2010. BUDIDAYA
PERIKANAN LAUT DAN PANTAI SEBAGAI ALTERNATIF PEMENUHAN KEBUTUHAN PRODUKSI IKAN
NASIONAL. Skripsi. Universitas Negeri Jogyakarta. Jogjakarta. http://biotalaut99.com/2009/07/kualitas-air-dalam-budidaya-laut.html (diakses pada tanggal 7 april 2017).
Suciantoro. 1997. Teknik Budidaya
Ikan Laut Dengan Rekayasa Lingkungan. Makalah. Pertemuan Rekayasa Teknologi
Pembenihan Budidaya Ikan Indonesia. Surabaya: Dirjen
Perikanan. Diakses dari https://okela.net/jenis-ikan-air-laut-yang-dapat-dibudidayakan.html pada tanggal 15 April 2017.
Ditulis oleh :
ADE YUNAIFAH A, SE (Widyasiwara BPPP Tegal)