Minggu, 28 April 2019

USAHA BUDIDAYA PERIKANAN LAUT






Budidaya Perikanan Laut merupakan salah satu usaha perikanan dengan cara pengembangan sumber-dayanya dalam area terbatas baik di alam terbuka maupun tertutupbagian dari budidaya perairan (akuakultur) yang melibatkan budidaya organisme-organisme laut, dengan tujuan untuk memproduksi baik berupa bahan pangan maupun produk lainnya yang dilakukan di laut terbuka, laut tertutup, di dalam tanki, kolam atau saluran air yang diisi dengan air laut. 
Tempat untuk budidaya laut, harus mempunyai fasilitas alami tertentu, terutama persediaan air yang sangat cukup, dengan suhu, salinitas dan kesuburan yang sesuai. Dalam hal ini penting diperhatikan pula bahwa pengusaha budidaya menjalankan pengawasan melalui pemilikan, hak sewa menyewa atau cara lain untuk menjalankan pengawasan. Di Laut sistem demikian menimbulkan masalah, karena orang masih mempunyai pandangan bahwa laut adalah milik kita bersama. Tujuan yang menjadi target pencapaian dalam pelaksanaan budidaya laut, diantaranya adalah:
  1. Efektif dan efisien
  2. Menghasilkan komoditas yang lebih baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Beberapa ikan penting dari kelompok ikan demersal (ikan yang hidup di dekat atau di dasar laut) yang merupakan andalan dalam ekspor telah berhasil dibudidayakan, diantaranya kerapu bebek (Cromileptes altivelis), kerapu lumpur (Epinephelus suillus,  E. coioides), kerapu macan             (E. fuscoguttatus), kakap putih (Lates calcalifer), kakap mata kucing (psammoperca waigeiensis), kerapu batik (Epinephelus microdon), kerapu sunuk (pletcropomus maculatus, P.leopardus) napoleon (Cheilinus undulatus), kerapu kerang (Epinephelus hemiochus), klon atau nemo (Amphiphrion ocellaris), kuda laut (Hippocampus kuda) dan kakap merah (Lutjanus johnii ,L .argentimacuslatus, L. sebae). Budi daya ikan – ikan tersebut telah dilakukan secara penuh, karena teknologi budidayanya telah dikuasai mulai dari pembenihan hingga pembesaran.
Sementara (ikan pelagis ikan yang hidup di bagian atas dekat permukaan laut) yang              telah berhasil dibudidayakan secara penuh adalah kuwe macan (Gnathanodon speciosus), kobia (Rachycentron canadum), dan bawal bintang (Trachinotus blochi). Sementara ikan tuna (Thunnus)  yang menjadi andalan ekspor Indonesia sejak lama, sampai saat ini masih dalam tahap percobaan budi daya, terutama pembenihan terkontrol.
Spesies ikan ekonomi penting yang sudah dapat di budidayakan namun belum penuh, karena produksi benihnya belum dilakukan secara terkontrol, antara lain bawal putih (Pampus argenteus/ Stromateus cinereus), bawal hitam (Parastromateus niger),  kuwe biru (Caranx melampygus), kuwe putih (C. sexfascistus), ekor kuning (Caesio sp ) titang (scatophagus argus),  belanak (Mugil cephalus, M. labiosus)  dan lencam (letharinus sp)
Ikan Penting yang diharapkan akan menjadi ikan kultur atau Ikan budi daya adalah ikan terbang (Cypeslurus sp). Nilai ekonomi pada ikan serbung adalah telurnya yang merupakan komoditas ekspor terutama ke lepang. Uji coba membesarkan larvanya belum berhasil dilakukan spesies ikan laut yang potensial menjadi ikan budi daya, baik ikan konsumsi maupun ikan hias,  sangat banyak. Di antara ikan demensal penting yang dapat dibudidayakan adalah berbagai spesies ikan kerapu (Epinephelus Plectropomus Ceyhalopholi), kakap merah (Lujanus Pristipomoides),  lencam (Lerhrinus), ekor kuning (Caesio,  Pterocaesio), biji nangka (Milloidicihthys Parupeneus Upeneus), napoleon (Cheilinus),beronang (siganus), dan ratusan spesies ikan hias ekonomis. Sedangkan ikan pelagis penting yang dapat dibudidayakan di antaranya marlin (Tetraptruras,  Makaira, Istiophorus) cakalang (Katsuwonus pelamis) tongkol (Auxis thazard,euthynnus affinis), tengiri. (scomberemus), layang (Decapterus), Selar (Selar, Selaroides), dan kembung (Rastrelliger brachysoma, R. kanagurta).
Seiring dengan perkembangan Usaha budidaya laut yang pesat, namun perkembangan ini pun telah menjadi suatu kontroversi yang berkaitan dengan dampak-dampak sosial dan lingkungan. Beberapa dampak lingkungan dari budidaya laut secara umum adalah : 
  • Limbah yang dihasilkan dari budidaya keramba (jaring apung);
  • Beberapa species yang bersifat invasif dan terlepas dari kolam budidaya;
  • Pencemaran genetik dan penyebaran penyakit dan parasit;
  • Perubahan ekosistem yang disebabkan modifikasi habitat.
Oleh karena itu, dalam usaha budidaya perikanan laut diperlukan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk usaha Budidaya perikanan laut dan pantai agar tidak menimbulkan dampak negative bagi lingkungan sekitarnya, yaitu :
  • Perairan harus tenang dan terlindung dari arus / gelombang
  • Kedalaman perairan 5 -15 meter
  • Dasar perairan sebaiknya sesuai dengan habitat asal ikan yang akan dibudidayakan
  • Bebas dari bahan cemaran
  • Tidak menimbulkan gangguan terhadap alur pelayaran
  • Mudah dicapai dari darat
  • Lokasi budidaya aman dari tindak pencurian dan penjarahan
  • Memenuhi syarat dari segi fisik-kimia kualitas air yaitu ;
  1. - Kecepatan arus 15 – 20 cm/detik
  2. - Suhu : 27 – 29 derajat Celcius
  3. - Keasaman air > 7 (basa)
  4. - Oksigen terlarut . > 5 ppm
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas air dan kehidupan biota laut yang dibudidayakan adalah seperti di bawah ini :
1. S u h u
Suhu merupakan faktor fisika yang penting dimana-mana di dunia. Kenaikan suhu mempercepat reaksi-reaksi kimiawi; Setiap perubahan suhu cenderung untuk mempengaruhi banyak proses kimiawi yang terjadi secara bersamaan pada jaringan tanaman dan binatang, karenanya juga mempengaruhi biota secara keseluruhan.
2. Salinitas
Keanekaragaman salinitas dalam air laut akan mempengaruhi jasad-jasad hidup akuatik melalui pengendalian berat jenis dan keragaman tekanan osmotik. Jenis-jenis biota perenang ditakdirkan untuk mempunyai hampir semua jaringan-jaringan lunak yang berat jenisnya mendekati berat jenis air laut biasa, sedangkan jenis-jenis, yang hidup di dasar laut (bentos) mempunyai berat jenis yang lebih tinggi daripada air laut di atasnya.
3. Kekeruhan (Siltasi)
Siltasi tidak hanya membahayakan ikan tetapi juga menyebabkan air tidak produktif karena menghalangi masuknya sinar matahari untuk fotosintesa.
4. Kadar oksigen terlarut
Sumber O2 terlarut dari perairan adalah udara di atasnya, proses fotosintese dan glycogen dari binatang itu sendiri. Air yang tak ber – O2 selalu jarang terdapat disamudera. O2 dihasilkan oleh proses fotosintesa dari binatang dan tumbuh-tumbuhan dan diperlukan bagi pernafasan.Beberapa bakteria maupun beberapa binatang dapat hidup tanpa O2 (anaerobik) sama sekali; lainnya dapat hidup dalam keadaan anaerobik hanya sebentar tetapi memerlukan penyediaan O2 yang berlimpah setiap kali. Kebanyakan dapat hidup dalam keadaan kandungan O2 yang rendah sekali tapi tak dapat hidup tanpa O2 sama sekali.
5. pH (derajat keasaman)
Air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan memberikan petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat menimbulkan perubahan dan ketidak seimbangan kadar CO2 yang dapat membahayakan kehidupan biota laut. Perubahan pH dapat mempunyai akibat buruk terhadap kehidupan biota laut, baik secara langsung maupun tidak langsung. Akibat langsung adalah kematian ikan, burayak, telur, dan lain-lainnya, serta mengurangi produktivitas primer. Akibat tidak langsung adalah perubahan toksisitas zat-zat yang ada dalam air, misalnya penurunan pH sebesar 1,5 dari nilai alami dapat memperbesar toksisitas NiCN sampai 1000 kali.
6. Cahaya
Sinar mempunyai arti penting dalam hubungannya dengan beraneka gejala, termasuk penglihatan, fotosintesa, pemanasan dan perusakan aktinik. Mata adalah sensitip terhadap kekuatan sinar yang berbeda-beda. Binatang-binatang mangsa mudah mengetahui pemangsanya pada terang bulan daripada gelap bulan. Alga hijau Enteromorpha kecepatan fotosintesanya tinggi pada sinar merah, sangat kurang pada sinar biru, dan sangat rendah pada sinar hijau. Bentuk-bentuk yang hidup di laut dalam cenderung untuk menggunakan sinar-sinar dengan spaktrum hijau dan biru. Karena sifat sinar yang masuk air, spektrum merah lebih banyak diserap air dalamperjalanan ke bawah air.
7. Gelombang
Gelombang ditimbulkan oleh angin, pasang-surut dan kadang-kadang oleh gempa bumi dan gunung meletus (dinamakan tsunami). Gelombang mempunyai sifat penghancur. Biota yang hidup di mintakat pasang surut harus mempunyai daya tahan terhadap pukulan gelombang. Gelombang dengan mudah menjebol alga-alga dari substratanya. Ia diduga juga mengubah bentuk karang-karang pembentuk terumbu. Gelombang mencampur gas atmosfir ke dalam permukaan air sehingga memulai proses pertukaran gas.
8. Arus

Arus dapat mengakibatkan ausnya jaringan-jaringan jasad hidup yang tumbuh di daerah itu dan partikel-partikel dalam suspensi dapat menghasilkan pengikisan. Di perairan dengan dasar lumpur, arus dapat mengaduk endapan lumpur-lumpuran sehingga mengakibatkan kekeruhan air dan mematikan binatang. Juga kekeruhan yang diakibatkan bisa mengurangi penetrasi sinar matahari, dan karenanya mengurangi aktivitas fotosintesa. Manfaat dari arus bagi banyak biota adalah menyangkut penambahan makanan bagi biota-biota tersebut dan pembuangan kotoran-kotorannya. Arus juga memainkan peranan penting bagi penyebaran plankton, baik holoplankton maupun meroplankton. Terutama bagi golongan terakhir yang terdiri dari telur-telur dan burayak-burayak avertebrata dasar dan ikan-ikan. 
9. Bakteri
Bakteri dan virus patogen dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh biota, terutama pada saluran pencernaannya. Berbeda dengan jenis-jenis ikan, jenis-jenis kerang yang dimanfaatkan sebagai bahan makanan adalah seluruh bagian tubuhnya yang lunak, termasuk saluran pencernaannya. Oleh karena itu kemungkinan penularan bakteri dan virus patogen melalui jenis-jenis kerang lebih besar dibandingkan melalui ikan. Dengan demikian jumlah E. coli dalam air untuk budidaya kerang lebih diperhatikan dari pada dalam air untuk budidaya ikan dan rumput laut yang tidak dimakan mentah.

10. Pestisida 
Semua pestisida bersifat racun bagi manusia maupun organisme hidup lainnya. Sebagian pestisida bersifat persisten, misalnya organofosfat dan karbamat. Pestisida yang bersifat persisten umumnya lebih berbahaya, karena sukar untuk dikeluarkan setelah berada didalam jaringan tubuh. Gejala keracunan organoklorin umumnya sama, hanya berbeda dalam tingkat keparahan. 
11. Logam berat
Secara alamiah unsur-unsur logam berat terdapat di alam, namun dalam jumlah yang sangat rendah. Dalam air laut kandungan logam berat berkisar antara 10-5 – 10-2 ppm. Pada umumnya logam berat dibutuhkan oleh organisme hidup untuk pertumbuhan dan perkembangan hidupnya, tetapi pada kadar tertentu bersifat racun bagi organisme perairan. Dalam jumlah yang besar, akan bersifat racun. Toksisitas logam berat ini tergantung pada kadar dan bentuk senyawa. Contonya Cr dapat meninggikan kepekaan pada kulit. Tetapi air dengan kadar Cr = 0,05 ppm sangat kecil kemungkinannya untuk dapat menimbulkan penyakit. Disamping itu toksisitas juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perairan tersebut, seperti pH, salinitas, suhu, DO dan adanya faktor sinergis dan antagonis dari beberapa unsur dan lain-lainnya.
12. Chemical Oxygen Demand ( COD )

Merupakan ukuran akan banyaknya zat-zat organik yang terdapat dalam suatu perairan. Zat-zat organik yang terdapat dalam air laut : berasal dari alam atau buangan domestik, industri dan pertanian. ada yang mudah diuraikan dan ada yang sukar diuraikan oleh mikroorganisme
umumnya bersifat toksik, sehingga membahayakan kehidupan organisme perairan.
13. W a r n a

Air laut berwarna karena proses alami, baik yang berasal dari proses biologis maupun non-biologis. Produk dari proses biologis dapat berupa humus, gambut dan lain-lain, sedangkan produk dari proses non-biologis dapat berupa senyawa-senyawa kimia yang mengandung unsur Fe, Ni, Co, Mn, dan lain-lain. Selain itu perubahan warna air laut dapat pula disebabkan oleh kegiatan manusia yang menghasilkan limbah berwarna. Air laut dengan tingkat warna tertentu/dapat mengurangi proses fotosintesa serta dapat menganggu kehidupan biota akuatik terutama fitoplankton dan beberapa jenis bentos.
Referensi 
Aji Nugroho. Murdjani M, dan Notowinarto, 1989. Budidaya Ikan Kerapu di Kurungan Apung, INFIS manual seri 104. Ditjen Perikanan dan IDRC, Jakarta.
Budidarma. 2011. Jenis Komoditas Laut. Diakses dari http://budidarma.com/2011/09/jenis-komoditas-budidaya-laut.html pada tanggal 7 April 2017.
Hidayat, Gunawan, 2010. BUDIDAYA PERIKANAN LAUT DAN PANTAI SEBAGAI ALTERNATIF PEMENUHAN KEBUTUHAN PRODUKSI IKAN NASIONAL. Skripsi. Universitas Negeri Jogyakarta. Jogjakarta. http://biotalaut99.com/2009/07/kualitas-air-dalam-budidaya-laut.html (diakses pada tanggal 7 april 2017).
Suciantoro. 1997. Teknik Budidaya Ikan Laut Dengan Rekayasa Lingkungan. Makalah. Pertemuan Rekayasa Teknologi Pembenihan Budidaya Ikan Indonesia. Surabaya: Dirjen Perikanan. Diakses dari https://okela.net/jenis-ikan-air-laut-yang-dapat-dibudidayakan.html pada tanggal 15 April 2017.

Ditulis oleh :
ADE YUNAIFAH A, SE (Widyasiwara BPPP Tegal)

Panduan Lengkap Cara Budidaya Ikan Betok Di Kolam Terpal Dengan Mudah Bagi Pemula


Ikan Betok merupakan salah satu jenis ikan tawar yang banyak ditemukan di sungai, waduk ataupun danau. Ikan betok ini juga merupakan jenis ikan karnivora atau ikan pemangsa. Ikan dengan nama latin Anabas testudineus ini memiliki banyak sebutan seperti ikan puyu (Melayu), ikan betik (Jawa), ikan papuyu (Banjar), dan Climbing Gouramy (Inggris).
Ikan ini mulai banyak dibudidayakan terutama didaerah Kalimantan karena ikan ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi, selain itu rasa daging ikan ini yang cukup lezat dan gurih. Jenis ikan betok yang sering dibudidayakan adalah ikan betok hijau, jenis ini dapat mencapai bobot sekitar 200 gram dibanding kan dengan jenis betok lainnya.

Berikut adalah Cara Budidaya Ikan Betok :

a. Persiapan Kolam Budidaya Ikan Betok
Ikan Betok dapat dipelihara atau dibudidayakan diberbagai jenis kolam seperti kolam terpal, kolam tanah atau juga tambak. Namun, jenis kolam terpal lebih banyak digunakan karena lebih efisien untuk perkembangan ikan betok ini karena jika budidaya dilakukan pada kolam tanah maka ketika masa panen tiba akan membuat sulit pemanenan dengan ikan betok yang dapat bersembujnyi dalam lumpur.

Pemupukan dasar kolam untuk budidaya ikan betok ini perlu dilakukan terutama pada kolam untuk anakan. Kolam ikan betok dewasa tidak perlu dilakukan pemupukan karena ikan ini dapat hidup pada kondisi air apa saja dan akan tahan terhadap kualitas air yang buruk.

b. Pemijahan Ikan Betok
Benih ikan betok ini diperoleh dari pemijahan indukan ikan betok jantan dan ikan betok betina. Untuk membedakan antara ikan jantan dan betina dapat dilihat dari fisiknya. Berikut adalah ciri-ciri ikan jantan dan betina:
Jantan
Memiliki bentuk tubuh yang kecil
Memiliki kelamin yang memanjang
Memiliki gerakan yang lincah dan gesit
Betina
Memiliki bentuk tubuh yang lebih besar
Memiliki lubang kelamin dengan bentuk bulat
Memiliki gerakan yang agak lambat

Pemijahan ikan betok ini biasanya dilakukan dengan cara buatan yaitu dengan cara kawin suntik. Dalam sekalimusim kawin, ikan betok dapat dipijahkan sebanyak 3 kali dengan menghasilkan sekitar 5. 000 hingga 15.000 butir telur. Pada suhu 260° telur-telur ikan betok akan menetas dalam kurun waktu 24 jam sedangkan pada suhu 300°C telur-telur ikan betok tersebut akan menetas dalam kurun waktu 12 jam. Setelah itu ikan dapat disebar ada kolam.

c. Pemeliharaan Anakan Ikan Betok Dan Penebaran Ikan Pada Kolam
Ikan betok yang baru menetas tidak perlu langsung diberi pakan karena iakan betok tersebut masih memiliki cadangan makanan pada kantongnya. Setelah ikan berumur sekitar 4 hari barulah anakan ikan tersebut diberi pakan dengan kuning telur. Pemberian pakan tersebut dilakukan secara rutin sebanyak 3 kali sehari hingga ikan tersebut berumur 14 hari.

Setelah ikan betok berumur 14 hari, iakn betok diberi pakan berupa pelet yang telah dihaluskan karena ini merupakan waktu kritis ikan betok. Pemberian pakan berupa pellet pada ikan betok ini dilakukan hingga ikan betok tersebut berumur sekitar 2 bulan. Setelah 2 bulan barulah ikan betok dapat ditebar dalam kolam yang telah disiapkan.

d. Pemanenan Ikan Betok
Ikan betok dapat mulai dipanen setelah berumur sekitar 4 bulan. Namun pemanenan tersebut dapat dilakukan tergantung dengan kebutuhan pasar atau tujuan pemanenan tersebut apakah ikan tersebut akan dikonsumsi atau digunakan untuk produksi.

Ada 2 cara pemanenan ikan betok ini yaitu panen total dan panen selektif. Pemanenan total dilakukan tanpa memperhatikan ukuran biakan betok tersebut atau dipanen keseluruhan. Sedangkan pemanenan selektif dilakukan dengan cara di jaring kemudian ikan yang diambil adalah ikan yang telah siap panen dengan tujuan untuk mencari indukan ikan kembali dan juga untuk konsumsi.

sumber : https://www.faunadanflora.com/cara-budidaya-ikan-betok/




Selasa, 23 April 2019

Panduan Lengkap Cara Budidaya Rumput Laut Yang Bernilai Ekonomi Tinggi



Rumput laut atau Seaweed merupakan salah satu jenis ganggang, ganggang sendiri dibagi menjadi beberapa kelas yakni ganggang hijau biru atau cyanophyceae, ganggang hijau atau chloropheceae, ganggang merah atau rhodophyceae dan ganggang coklat atau pheaceophyceae. Ganggang hijau biru dan ganggang hijau banyak hidup di perairan tawar sedangkan ganggang merah dan ganggang coklat banyak tumbuh di perairan laut dan ganggang ini dikenal dengan rumput laut. Ganggang merah sering dimanfaatkan untuk bahan baku dalam industri agar-agar, fulcellaran, carragenan serta berbagai produk lainnya sedangkan Ganggang coklat (rockweed atau rumput karang) dimanfaatkan dalam industri alginat. Rumput laut meupakan rumput yang tumbuh melekat pada substrat yang terdapat dalam laut seperti karang, bebatuan dan juga bangkai kulit karang.

Kini banyak orang yang tinggal disekitar pantai banyak melakukan budidaya rumput laut, Di indonesia setidaknya ada sekitar 555 spesies rumput laut, dan ada sekitar 55 spesies rumput laut yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi seperti Gracilaria sp, Eucheuma sp, dan Gelidium. Berikut adalah cara budidaya rumput laut :

Dalam melakukan budidaya rumput laut jenis Eucheuma sp. perlu diperhatikan beberapa faktor baik itu teknis atau nonteknis, seperti :

Faktor Teknis

  • Kelayakan Lokasi Buddidaya

Lokasi budidaya rumput laut yang baik adalah lokasi yang memiliki pergerakan air yang cukup yaitu 20cm-30cm/detik, tidak memiliki gelombang yang kuat, bebas dari pengaruh angin topan, bagian dasar perairan terdiri dari pasir dan bebatuan serta bebas dari lumpur, saat surut air masih memiliki kedalaman sekitar 30cm-60cm, memiliki kejernihan air sekitar 5 cm, air memiliki suhu sekitar 20°C-28°C dengan fluktuasi harian maksimal 4°C, memiliki slinitas sekitar 28 hingga 34. air memiliki pH sekitar 7 hingga 9, air terbebas dari bahan kimia, lokasi budidaya bebas dari ikan ataupun hewan air herbivora lainnya, lokasi mudah dijangkau, terdapat sumber tenaga yang cukup, serta bahan pendukung seperti benih, bambu dan lainnya mudah diperoleh.

  • Temperatur dan Sanitasi

Sebaiknya air laut memiliki temperatur sekitar 27°C – 30°C. Apabila terjadi kenaikan temperatur maka akan terjadi adanya uliment dan meliputi epiphyt, sehingga tanaman akan rontok. Sedangkan sanitasi air sangat bergantung pada faktor penguapan, serta ada tidaknya sumber air tawar. Untuk menghindari sanitasi yang buruk sebaiknya lokasi budidaya rumput laut jauh dari muara sungai untuk menghindari endapan lumpur. Dari semua faktor yang disebutkan, perlu pula memperhitungkan ada tidaknya pencemaran air laut seperti : limbah pabrik, genangan minyak, dan bahan peledak atau bahan kimia untuk penangkapan ikan.


  •   Gerakan Air
Gerakan air merupakan sarana untuk mengangkut zat makanan yangdiperlukan oleh rumput laut selin itu gerakan air juga merupakan alat untuk membersihkan sedimen dan juga epiphyt pada tanaman rumput laut. Gerakan air atau kecepatan arus yang baik untuk budidaya rumput laut adalah sekitar 20-40 cm/detik.


  •   Faktor Non Teknis

Faktor nonteknis dalam budidaya rumput laut diantaranya : sarana dan prasarana komunikasi dan transportasi, serta sosial ekonomi masyarakat sekitar.
Budidaya Rumput Laut

a. Penyediaan dan Pemilihan Bibit Rumput Laut
Penyediaan rumpt laut dapat dilakukan dengan cara vegetatif dan generatif. Bibit yang digunakan untuk budidaya merupakan bibit yang berasal dari stek tanaman rumput laut yang sudah dibudidayakan berkualitas unggul (memiliki banyak cabang) yang masih muda, bersih dan segar dan memiliki angka pertumbuhan harian yang baik.

b. Penanaman
Terdapat beberapa metode tanam rumput laut, diantaranya metode lepas dasar, rakit apung dan metode lepas dasar atau tali gantung.

1. Metode Lepas Dasar
Penanaman dengan metode ini, bibit diikatkan dengan batu-batu karang kemudian batuan karang tersebut disebarkan di dasar perairan. Metode ini cocok dilakukan pada perairan yang memiliki dasar rata dan tidak ditumbuhi karang dan juga tidak berpasir. Metode ini mudah dan hanya memerlukan peralatan yang sederhana, namun metode ini jarang dilakukan karena keberhasilannya belum diyakini dan mengingat pula persyaratan yang perlu dipenuhi yaitu lahan yang terbuka serta terdapat potongan-potongan batu karang yang kedudukannya sebagai substrat yang kokoh dan tidak terbawa arus. Selain sulitnya mendapatkan lahan budidaya seperti itu, kelemahan lain metode ini adalah nantinya akan ada banyak bibit yang hilang terbawa ombak, tidak dapat dilakukan di perairan yang berpasir, banyak mendapat gangguan dari bulubabi, dan memiliki produksi yang rendah.

2. Metoda Rakit Apung
Penanaman dengan metode ini, rakit apung yang digunakan terbuat dari bambu berukuran antara sekitar 2,5 x 2,5 meter persegi hingga 7 x 7 meter persegi bergantung pada ketersediaan bambu. agar rakit apung tidak terbawa arus maka gunakan jangkar sebagai penahanan atau juga bisa rakit diikatkan pada patok kayu yang telah ditancapkan di dasar laut .
Dalam memasang tali dan juga patok harus memperhitungkan faktor ombak, arus dan pasang surut air. Metode rakit apung ini cocok dilakukan pada lokasi budidaya yang memiliki kedalaman sekitar 60 cm. Bahan-bahan yang diperlukan untuk budidaya dengan metode ini adalah bibit, potongan bambu yang memiliki diameter sekitar 10 cm, potongan kayu penyiku yang memiliki diameter sekitar 5 cm, tali rafia, tali ris dengan diameter sekitar 4 mm dan 12 cm, serta jangkar besi, bongkah batu ataupun adukan semen pasir. Berikut adalah tahapan penanaman dengan metode ini :


  •  Potongan kayu dan bambu dirangkai, kemudian ikatkan jangkar pemberat dengan tali 12 mm.

  • Thallus dengan berat sekitar 100 gram diikatkan pada tali ris dengan menggunakan tali rafia   lalu diberi jarak sekitar 20 cm – 25 cm

  • Jarak antar tali ris yaitu sekitar 50 cm sedangkan panjang tali ris disesuaikan dengan panjang rait apung yang digunakan.

  •  Tali ris yang telah berisi tanaman diikatkan pada rakit. Untuk titik tanam juga disesuaikan dengan ukuran rakit apung. Untuk rakit apung yang memiliki ukuran 7 Meter x 7 meter maka ditanami sekitar 500 titik tanam rumput laut.


3.Metoda lepas dasar atau tali gantung
Penanaman rumput laut dengan metode lepas dasar atau tali gantung, tali ris yang sudah berisi ikatan tanaman direntangkan pada tali ris utama. Pengikatan tali ris pada tali ris utama dilakukan dengan benar agar nantinya mudah dibuka kembali. Tali ris utama yang terbuat dari bahan polyetilendengan diameter sekitar 8 mm dibentangkan pada patok. Jarak tiap tali ris dengan tali ris utama sekitar 20 cm. Patok terbuat dari kayu dengan diameter sekitar 5 cm adan panjang sekitar 2 m. Jarak patok untuk membentangkan tali ris utama adalah sekitar 2,5 m.

c. Pemeliharaan Tanaman Rumput Laut
Apabila terjadi kerusakan pada sarana budidaya maka harus segera diperbaiki, cek dan bersihkan kotoran yang menempel pada tanaman secara rutin.
Perlu pula dilakukan pemupukan apabila budidaya dilakukan di tambak (biasanya rumput laut jenis gracilaria sp) dengan menggunkan pupuk urea, TSP dan ZA, selain itu bila budidaya dilakukan di tambak maka perlu juga dilakukan pergantian air setiap 15 hari sekali saat bulan baru dan bulan purnama.

d. Pemanenan Rumput Laut
Rumput laut dapat mulai dipanen setelah berumur sekitar 6 minggu- 2 bulan setelah tanam atau telah memiliki berat per ikatan sekitar 800 gram. Cara memanen rumput laut pada saat air pasang adalah dengan cara mengangkat seluruh rumput laut ke darat kemudian tali rafia pengikat dipotong. Sedangkan pada saat air surut pemanenan dapat dilakukan secara langsung di lokasi budidaya.



Pengelolaan Lobster (Panulirus spp.) dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini menteri Kelautan dan  Perikanan mengeluarkan peraturan baru untuk pengelolaan lobster ...