Bagan adalah salah satu jenis alat tangkap yang digunakan nelayan di
tanah air untuk menangkap ikan pelagis kecil, pertama kali diperkenal
oleh nelayan Bugis-Makassar sekitar tahun 1950-an. Selanjutnya dalam
waktu relatif singkat sudah dikenal di seluruh indonesia. Bagan dalam
perkembangannya telah banyak mengalami perubahan baik bentuk maupun
ukuran yang dimodifikasi sedekian rupa sehingga sehingga sesuai dengan
daerah penangkapannya. Berdasarkan cara pengoperasiannya bagan
dikelompokkan ke dalam jaring angkat (lift net), namun karena
menggunakan cahaya lampu untuk mengumpulkan ikan maka disebut juga light
fishing (Subani dan Barus, 1989).
Bagan tancap merupakan rangkaian atau susunan bambu berbentuk segi empat
yang ditancapkan sehingga berdiri kokoh diatas perairan, dimana pada
tengah bangunan tersebut dipasang jaring. Dengan kata lain alat tangkap
ini sifatnya inmobile. Hal ini karena alat tersebut ditancapkan ke dasar
perairan, yang berarti kedalaman laut tempat beroperasinya alat ini
menjadi sangat terbatas yaitu pada perairan dangkal yang subtrat baik
untuk pemasangan adalah lumpur campur pasir (Sudirman dan Achmar Mallawa, 2004)
Menurut (Ayodhyoa,1981), unsur utama dari Bagan adalah penggunaan lampu.
Lampu digunakan untuk menarik kumpulan ikan-ikan yang mempunyai sifat
fototaksis positif. Pada dasarnya susunan dari Bagan terdiri atas 2
bagian yaitu Rumah Bagan dan Daun Bagan. Daun Bagan ini terbuat dari
waring plastik yang berbentuk seperti kantong besar yang keempat sisinya
diikatkan pada bambu. Daun Bagan ini dapat dinaik-turunkan dengan
menggunakan penggulung/roller (sistemnya seperti katrol) yang diletakkan
dibagian atas Bagan atau disebut dengan plataran (flat form). Karena
alat ini sifatnya pasif dan menunggu ikan-ikan kecil supaya mendekat dan
berkumpul/bergerombol dibawah sinar cahaya lampu, maka penangkapan Daun
Bagan tersebut menunggu sampai ikan yang berkumpul banyak. Setelah itu,
barulah alat diangkat keatas secara vertikal sampai bingkai Daun Bagan
hampir menempel pada langit-langit Rumah Bagan. Dengan cara-cara
tersebut dapat diketahui bahwa alat Bagan adalah termasuk kedalam jenis
Lift net.
Bagan tancap merupakan alat penangkapan ikan yang terbuat dari batang
bambu atau kayu yang dirakit membentuk persegi dan ditancapkan
diperairan yang tidak terlalu dalam serta memiliki dasar perairan yang
berlumpur atau berpasir, yang mana ditengah-tengah bangunan tersebut
diberi jaring persegi dan di tengah-tengah bangunan tersebut diberi
lampu sebagai alat bantu untuk mengumpulkan ikan (Subani dan Barus, 1989).
Bagan termasuk light fishing yang menggunakan lampu sebagai alat bantu
untuk merangsang atau menarik ikan untuk berkumpul di bawah cahaya
lampu, kemudian dilakukan penangkapan dengan jaring yang telah tersedia.
Ada beberapa jenis ikan dengan adanya cahaya akan tertarik dan
berkumpul dan ada juga yang menjauhi cahaya dan menyebar (Ayodhyoa,1981).
Bagan tancap memiliki kedudukan yang tidak dapat dipindah-pindah dan
sekali dipasang (ditanam) berlaku untuk selama musim penangkapan. Rumah
bagan tancap ini berupa anjang-anjang berbentuk piramid terpancung,
berukuran 10 x 10 m pada bagian bawah dan 9,5 x 9,5 m pada bagian atas.
Bagian atas berupa plataran (flat form), dimana terdapat gulungan
(roller) dan tempat nelayan melakukan kegiatan penangkapan. Ciri khas
penangkapan dengan bagan ialah menggunakan lampu (light fishing). Lampu
yang digunakan adalah petromaks (kerosene pressure lamp) berkekuatan
antara 200 – 300 lilin, tergantung keadaan perairannya dan kemungkinan
adanya pengaruh cahaya bulan. Pada hari-hari gelap bulan, lampu dipasang
(dinyalakan) sejak matahari terbenam dan ditempatkan pada jarak ± 1 m
di atas permukaan air. Jika telah banyak terkumpul kawanan ikan,
kemudian dilakukan pengangkatan jaring dan begitu seterusnya
diulang-ulang sampai mendapatkan hasil yang diharapkan (Subani dan Barus, 1989).
Biasanya bagan tancap hanya memiliki kedalaman hingga 15 m, sehingga
kebanyakan ikan yang tertangkap adalah jenis ikan pelagis. Karena pada
dasarnya ikan pelagis adalah ikan yang umumnya berenang secara
berkelompok mendekati permukaan perairan hingga kedalaman 200 m. Ikan
yang biasanya tertangkap adalah ikan terbang, ikan selar, ikan kembung,
ikan teri, ikan layur dan cumi-cumi (Subani dan Barus, 1989).
Klasifikasi Bagan Tancap
Bagan tancap merupakan perkembangan dari alat tangkap anco atau jodang,
di mana letak perbedaannya adalah pada daerah penangkapannya. Anco atau
jodang di operasikan di darat atau pinggir pantai, sedangkan bagan
tancap di operasikan di laut. Bagan tancap termasuk ke dalam alat
tangkap yang bersifat pasif (Syahrudin, 1984).
Klasifikasi bagan menurut:
- Arimoto, 1997, mengklasifikasikan bagan tancap ke dalam liftnet
dengan prinsip dasar pengoperasiannya dilakukan dengan menurunkan serta
menaikkan ke dalam air.
- Ayodhyoa,1981 menggolongkan alat ini ke dalam “ mengajak atau menggiring “ lalu menyesatkan ke dalam alat tangkap
- Laevastu (1981) memasukkan bagan tancap ke dalam “ capture, then kill
with trap and net “ (mengklasifikasikan alat ini berdasarkan pemakaian
net sebagai jebakan)
- Mitsugi (1974)mengelompokkan bagan tancap bersama Hanco (anco),
Yotsudo ami, Bouke ami (stick held dip net) ke dalam alat “menghamparkan
alat” menunggu sampai ikan berada atau berkumpul di atasnya, untuk
kemudian diangkat atau ditarik ke atas.
- A Von Brant (1984) dalam bukunya Fish Catching Methods of The World mengelompokkan bagan tancap termasuk dalam lift net.
Ada dua jenis tipe bagan yang ada di Indonesia. Yang pertama adalah
bagan tancap yaitu bagan yang ditancapkan secara tetap di perairan
dengan kedalaman 5-10 meter, yang kedua adalah bagan apung, yaitu bagan
yang dapat berpindah dari satu fishing ground ke fishing ground lainnya
(Mulyono, 1999). Bagan terapung dapat diklasifikasikan lagi menjadi
bagan dengan satu perahu, bagan dua perahu dan bagan rakit.
sumber :
http://www.alamikan.com/2012/11/mengetahui-tentang-bagan-tancap.html