Senin, 24 September 2018

Resep dan Cara Membuat Pempek Palembang

Siapa yang tak kenal dengan sajian nikmat pempek? Ya, makanan khas yang berasal dari Palembang ini begitu dicintai. Kriuk garing, cita rasa ikan dan kuah cuka yang menggoda membuat hidangan pempek selalu terasa istimewa.
Nah, agar anda tak perlu lagi pergi jauh-jauh ke Palembang atau ke pedagang pempek, saat hasrat menikmati pempek menghampiri anda. Maka kini anda bisa membuatnya sendiri dirumah. Dengan resep serta cara membuat yang akan kami jelaskan kali ini, dijamin hidangan pempek yang akan anda sajikan akan memiliki cita rasa yang begitu istimewa dan lezat tentunya.
Penasaran seperti apa resep dan cara membuat pempek palembang dengan resep kali ini? yuk,, kita simak langsung resepnya. Inilah Dia Resep dan Cara Membuat Pempek Palembang.

Bahan-Bahan yang Diperlukan Untuk Membuat Pempek Palembang

  • 500 gr tepung sagu
  • 250 gr tepung terigu
  • 500 gr ikan tenggiri
  • Garam secukupnya
  • 3 butir telur rebus
  • Minyak goreng secukupnya

Bahan Untuk Membuat Kuah Cuka

  • 600 ml air matang
  • 100 gr gula jawa
  • 100 gr cabai rawit, dihaluskan
  • 2 sendok makan cuka
  • 100 gr bawang putih
  • Garam secukupnya

Cara Membuat Pempek Palembang

Resep dan Cara Membuat Pempek Palembang
  1. Pertama masukan tepung terigu dan air matang pada sebuah panci yang sudah dipersiapkan kemudian aduk-aduk hingga merata dengan menggunakan sendok sayur, setelah merata keseluruhan, barulah nyalakan api pada kompor dan aduk-aduk.
  2. Aduk-aduk adonan terigu diatas api kecil hingga mengental kemudian setelah mengental tuang dan campurkan tepung sagu dan aduk-aduk hingga merata.
  3. Masukan ikan tenggiri yang sudah dihaluskan kemudian buat adonan aduk hingga merata hingga kalis.
  4. Setelah kalis bentuk adonan sesuai dengan selera, sementara untuk membuat pempek dengan isian telur, anda bisa memasukan telur yang sudah direbus, kedalam isian pempek kemudian tutupi dengan adonan.
  5. Rebus adonan pempek pada air mendidih dan tunggu hingga adonan yang direbus menjadi mengapung dipermukaan, itu artinya adonannya siap diangkat. Angkat adonan kemudian tiriskan dan sisihkan sejenak. 
  6. Sementara itu kita akan buat adonan kuah cukanya. Caranya, rebus air dengan gula jawa pada panci, tunggu hingga gula menjadi larut dalam air
  7. Kemudian berikan garam secukupnya dan masukan cabai yang telah dihaluskan kemudian aduk-aduk hingga tercampur rata, masukan pula bawang putih yang telah dihaluskan aduk hingga merata. Kemudian masak hingga mendidih.
  8. Goreng rebusan pempek pada minyak panas, hingga garing dan matang. Angkat dan sajikan dengan kuah cuka. Selain itu, anda juga bisa menghidangkannya bersama dengan pelengkap mie dan timun.

sumber :
https://bisikan.com/resep-dan-cara-membuat-pempek-palembang
 

Proses Cara Pembuatan Ikan Asin

Proses pembuatan ikan asin yang akan saya jabarkan disini merupakan pembuatan secara tradisional, dimana ada beberapa proses diantaranya:
1. Pembersihan
2. Pemotongan
3. Pengasinan
4. Penjemuran
5. Pengemasan
Prosedur Cara Pembuatan Ikan Asin Lebih jelasnya dapat kita ketahui dengan cara dibawah ini:

Pembersihan Ikan


Pembersihan ikan disini sangatlah penting, dimulai dengan pengelupasan kulit pada ikan supaya saat pengasinan dapat mudah masuk ke dalam daging. Kemudian pembersihan bagian dalam perut ikan, ini sangat penting karena jika tidak dibuang akan mempercepat kebusukan dan pastinya tidak ada yang mau dengan isi perut ikan.

Pemotongan Ikan

Pemotongan ikan harus dilakukan dengan hati-hati, pastikan semua potongan anda bagus dan rapi. cara memotong yang baik adalah melakukan pembelahan mulai dari kepala hingga ekor, jangan sampai terpotong atau terpisah menjadi dua. Karena ikan akan terasa lebih besar dan ketebalan daging ikan lebih tipis sehingga lebih bagus dalam proses pengasinan. Setelah dipotong jangan lupa untuk membersihkannya kembali.

Pengasinan Ikan

Ikan yang telah dipotong menjadi lebar dan dibersihkan perlua dilakukan proses pengasinan. Ini betujuan untuk pengawetan alami, dan membuat ikan tersebut berasa asin tentunya. Pada proses pengasinan berikut ini anda dapat melakukannya dengan cara membuat kandungna air dan garam dengan persentase 50% air bersih tawar dan 50% garam. Selanjutnya untuk proses perndaman dilakukan 1-1/2 hari tergantung keinginan seberapa tingkat keasinan ikan tersebut. Agar lebih menghemat wadah, bisa dilakukan pengepresan dengan batu bersih agar ikan dapat tenggelam.

Pengasinan ikan sebenarnya ada 2 jenis yaitu basah dan kering, yang diata adalah cara untuk pengasinan basah. Sedangkan untuk pengasinan kering adalah, Ikan yang telah bersih dan dibelah lalu dijemur sambil diolesi garam kering merata di seluruh bagian tubuh ikan tersebut.


Penjemuran Ikan Asin

Proses penjemuran ini merupakan tahapan yang sangat penting, jika proses penjemuran gagal maka ikan yang telah diasinkan tidak dapat kering secara maksimal dan hasilnyapun akan jelek. Buat wadah /tempat penjemuran bisa dibuat dari bahan kayu / anyaman bambu. Keringkan 1 per 1 jangan ditumpuk, berilah jarak yang cukup agar sekeliling daging ikan dapat terkena sinar matahari dengan baik dan rata. Sesekali ikan yang dijemur haruslah dibalik untuk mendapatkan kering yang merata disemua sisinya.

Pengemasan / Pembungkusan Ikan Asin

Ini adalah proses terakhir dari pembuatan ikan asain. Dalam pengemasan sebaiknya dilakukan secara sehat dan rapi. Dalam artian ikan asih ditempatkan yang steril dari sampah, saat pembungkusan di plastik pastikan plasitik itu bersih / baru, rapatkan plastik secara benar-benar rapat agar menghindari angin masuk. Jika ingin membuat bungkus yang baik pakailah alat penyedot udara agar dalam plastik benar-benar bersih dari udara.

Jangan lupa untuk memberi merek supaya produk yang telah anda buat dikenal di masyarakat. Jika sudah banyak yang tertarik jangan lupa untuk melegalkan merek produk anda supaya memiliki standar kualitas yang sama baiknya.

Faktor Kegagalan Pembuatan Ikan Asin

1. Kadar garam
Kadar garam untuk pembuatan ikan asin harus tepat jangan terlalu rendah atau terlalu tinggi, agar rasa dan kualitasnya terjamin enak.
2. Ketebalan daging ikan
Ketebalan ini juga sangat berpengaruh untuk pembuatan ikan asin, semakin tebal daging maka kemungkinan dalam dagingnya membusuk / garam tidak meresap sampai pori-pori terdalam. Sedangakan jika terlalu tipis juga tidak dapat dirasakan daging ikannya

Sumber : http://www.cintalaut.com/2013/11/proses-cara-pembuatan-ikan-asin.html

Senin, 03 September 2018

konstruksi dan metode Pengoperasian Bagan Tancap

Kontruksi Bagan Tancap
Bagan terdiri dari komponen-komponen penting, yaitu: jaring bagan, rumah bagan (anjang-anjang, kadang tanpa anjang-anjang), serok dan lampu. Jaring bagan umumnya berukuran 9 x 9 m, # 0,5 – 1 cm, bahan dari benang katun atau nilon atau kadang menggunakan bahan dari jaring karuna. Jaring tersebut diikatkan pada bingkai berbentuk bujur sangkar yang terbuat dari bambu atau kayu, tapi kadang juga tanpa diberi bingkai (bagan perahu). Rumah bagan (anjang-anjang) terbuat dari bambu atau kayu yang berukuran bagian bawah 10 x 10 m, sedang bagian atas berukuran 9,5 x 9,5 m (itu untuk tipe bagan tancap). Pada bagian atas rumah bagan (baca, plataran bagan) terdapat alat penggulung (roller) yang berfungsi untuk menurunkan dan mengangkat jaring bagan pada waktu penangkapan. Penangkapan dengan bagan hanya dilakukan pada malam hari (light fishing) terutama pada hari gelap bulan dengan menggunakan lampu sebagai alat bantu penangkapan (Subani dan Barus, 1989).
Bagian-bagian bagan menurut (BBPPI, 2018) adalah sebagai berikut:
  1. Jaring : bahan dari waring berbentuk bujur sangkar.
  2. Bingkai (rangka) : bingkai (rangka) terbuat dari bambu atau bahan lainnya berbentuk bujur sangkar yang berfungsi untuk menggantungkan jaring.
  3. Tali penarik jaring : tali yang terbuat dari Polyetheline (PE) atau bahan lainnya yang berfungsi untuk menaikturunkan jaring bagan.
  4. Pemberat : bahan yang mempunyai daya tenggelam dipasang pada bingkai dan bagian tengah jaring, berfungsi untuk menenggelamkan jaring.
  5. Lampu : alat penerangan berupa lampu tekan minyak atau lampu penerangan lainnya berfungsi sebagai alat pengumpul ikan.


Metode pengoperasian bagan tancap biasanya dilakukan pada malam hari, dimana cara pengoperasiannya memanfaatkan sifat ikan yaitu fototaksis positif (peka terhadap rangsang cahaya). Dengan menggunakan cahaya sinar petromak yang sengaja di pasang pada bagan tancap, dapat merangsang ikan untuk mendekati arah cahaya tersebut. Sehingga nelayan dapat memperoleh ikan dengan memanfaatkan sifat ikan tersebut. Namun sekarang para nelayan bagan sudah menggunakan lampu genset yang menggunakan bahan bakar bensin sehingga biaya operasionalnya lebih murah, tetapi jika rusak mengeluarkan biaya yang banyak karena butuh orang lain untuk memperbaikinya. Ikan yang tertarik pada cahaya umumnya menyukai cahaya terang dan tenang. Cahaya yang tidak tenang flickering light  akan menakutkan atau setidak-tidaknya akan mengganggu syaraf ikan. Tiap ikan dapat membedakan warna cahaya asalkan cahayanya cukup terang, tetapi bila cahaya yag digunakan sangat kuat berakibat ikan akan menjauhi cahaya menuju ke daerah yang penerangannya lebih rendah (Nuswantoro, 2008). 
Menurut (Nuswantoro, 2008), cara pengoperasian bagan tancap adalah sebagai berikut :
  1. Terlebih dahulu nelayan mempersiapkan perlengkapan yang akan di pergunakan dalam operasi penangkapan. Perlengkapan tersebut dapat berupa ; perbekalan pribadi nelayan, beberapa lampu pompa lengkap dengan cadangannya (kaos lampu, minyak tanah, serta korek api), kapal dan perlengkapan yang di butuhkan lainnya.
  2. Sebaiknya sebelum matahari terbenam, dengan mempergunakan perahu nelayan telah meninggalkan daratan untuk menuju ke bagan. Setelah tiba di bagan, nelayan menambatkan perahunya pada salah satu tiang bagan. kemudian nelayan dapat membawa seluruh perlengkapan yang diperlukan ke atas bagan.
  3. Setelah sampai diatas bagan, jaring bagan kemudian diturunkan kedalam air. Lalu menyalakan beberapa (3 – 4 buah) lampu pompa, dan menurunkan tali lampu pompa tersebut hingga mendekati permukaan air, jarak lampu dengan permukaan laut ± 0,5 - 3,5 m.
  4. Kemudian dilakukan ialah setting, yaitu penurunan jaring bagan ke dalam air. Lama setting pada tiap bagan berbeda-beda, tergantung pada kedalaman air pada tiap bagan tancap serta tenaga dan jumlah orang yang melakukan penurunan jaring tersebut. 
  5. Menurunkan tali lampu tekan petromak tersebut hingga mendekati permukaan air. Jarak peletakan lampu tekan petromak dengan permukaan laut tergantung pada keadaan gelombang dan angin. Peletakan lampu petromak pada bagan 2, 3, dan 4 berkisar 50 cm dari permukaan air. 
  6. Langkah selanjutnya yaitu immersing, yaitu perendaman jaring beberapa waktu sampai ikan-ikan berkumpul. Setiap berkala dilakukan pengamatan terhadap ikan-ikan yang berkumpul mendekati lampu dan masuk ke dalam jaring. Akan tetapi ketentuan waktu tersebut tidak mengikat karena tergantung Bapak nelayannya. Jaring bagan dapat segera diangkat, pada saat terdapat banyak ikan yang berada didalam jaring, atau pada saat ikan telah mendekat dan 
  7. Lampu petromak  atau jenset dinaikkan dari permukaan air setelah banyak ikan yang berkumpul.
  8. Hauling, yaitu pengangkatan jaring setelah banyak gerombolan ikan yang terkurung di jaring dengan menggunakan alat bantu penarik jaring (katrol) yang terbuat dari bambu dengan cara memutar batang penggiling atau katrol, kemudian jaring bagan secara perlahan-lahan naik ke atas sampai kerangka jaring bagannya terangkat seluruhnya. 
  9. Ikan-ikan yang tertangkap dalam jaring kemudian diambil dengan menggunakan alat “serok”  atau scop net untuk di pindahkan kedalam keranjang ikan yang telah dipersiapkan.
  10. Pengoperasian berikutnya dilakukan seperti tahapan di atas dengan selang waktu penangkapan berkisar 1 – 1,5 jam.


Sumber :
http://www.alamikan.com/2012/11/mengetahui-tentang-bagan-tancap.html

mengenal alat tangkap bagan tancap

Pengertian Bagan Tancap
Bagan adalah salah satu jenis alat tangkap yang digunakan nelayan di tanah air untuk menangkap ikan pelagis kecil, pertama kali diperkenal oleh nelayan Bugis-Makassar sekitar tahun 1950-an.  Selanjutnya dalam waktu relatif singkat sudah dikenal di seluruh indonesia.  Bagan dalam perkembangannya  telah banyak mengalami perubahan baik bentuk maupun ukuran yang dimodifikasi sedekian rupa sehingga sehingga sesuai dengan daerah penangkapannya.  Berdasarkan cara pengoperasiannya bagan dikelompokkan ke dalam  jaring angkat (lift net), namun karena menggunakan cahaya lampu untuk mengumpulkan ikan maka disebut juga light fishing (Subani dan Barus, 1989). 
Bagan tancap merupakan rangkaian atau susunan bambu berbentuk segi empat yang ditancapkan sehingga berdiri kokoh diatas perairan, dimana pada tengah bangunan tersebut dipasang jaring. Dengan kata lain alat tangkap ini sifatnya inmobile. Hal ini karena alat tersebut ditancapkan ke dasar perairan, yang berarti kedalaman laut tempat beroperasinya alat ini menjadi sangat terbatas yaitu pada perairan dangkal yang subtrat baik untuk pemasangan adalah lumpur campur pasir (Sudirman dan Achmar Mallawa, 2004) 
Menurut (Ayodhyoa,1981), unsur utama dari Bagan adalah penggunaan lampu. Lampu digunakan untuk menarik kumpulan ikan-ikan yang mempunyai sifat fototaksis positif. Pada dasarnya susunan dari Bagan terdiri atas 2 bagian yaitu Rumah Bagan dan Daun Bagan. Daun Bagan ini terbuat dari waring plastik yang berbentuk seperti kantong besar yang keempat sisinya diikatkan pada bambu. Daun Bagan ini dapat dinaik-turunkan dengan menggunakan penggulung/roller (sistemnya seperti katrol) yang diletakkan dibagian atas Bagan atau disebut dengan plataran (flat form). Karena alat ini sifatnya pasif dan menunggu ikan-ikan kecil supaya mendekat dan berkumpul/bergerombol dibawah sinar cahaya lampu, maka penangkapan Daun Bagan tersebut menunggu sampai ikan yang berkumpul banyak. Setelah itu, barulah alat diangkat keatas secara vertikal sampai bingkai Daun Bagan hampir menempel pada langit-langit Rumah Bagan. Dengan cara-cara tersebut dapat diketahui bahwa alat Bagan adalah termasuk kedalam jenis Lift net.
Bagan tancap merupakan alat penangkapan ikan yang terbuat dari batang bambu atau kayu yang dirakit membentuk persegi dan ditancapkan diperairan yang tidak terlalu dalam serta memiliki dasar perairan yang berlumpur atau berpasir, yang mana ditengah-tengah bangunan tersebut diberi jaring persegi dan di tengah-tengah bangunan tersebut diberi lampu sebagai alat bantu untuk mengumpulkan ikan (Subani dan Barus, 1989).

Bagan termasuk light fishing  yang menggunakan lampu sebagai alat bantu untuk merangsang atau menarik ikan untuk berkumpul di bawah cahaya lampu, kemudian dilakukan penangkapan dengan jaring yang telah tersedia. Ada beberapa jenis ikan dengan adanya cahaya akan tertarik dan berkumpul dan ada juga yang menjauhi cahaya dan menyebar (Ayodhyoa,1981).
Bagan tancap memiliki kedudukan yang tidak dapat dipindah-pindah dan sekali dipasang (ditanam) berlaku untuk selama musim penangkapan. Rumah bagan tancap ini berupa anjang-anjang berbentuk piramid terpancung, berukuran 10 x 10 m pada bagian bawah dan 9,5 x 9,5 m pada bagian atas. Bagian atas berupa plataran (flat form), dimana terdapat gulungan (roller) dan tempat nelayan melakukan kegiatan penangkapan. Ciri khas penangkapan dengan bagan ialah menggunakan lampu (light fishing). Lampu yang digunakan adalah petromaks (kerosene pressure lamp) berkekuatan antara 200 – 300 lilin, tergantung keadaan perairannya dan kemungkinan adanya pengaruh cahaya bulan. Pada hari-hari gelap bulan, lampu dipasang (dinyalakan) sejak matahari terbenam dan ditempatkan pada jarak ± 1 m di atas permukaan air. Jika telah banyak terkumpul kawanan ikan, kemudian dilakukan pengangkatan jaring dan begitu seterusnya diulang-ulang sampai mendapatkan hasil yang diharapkan (Subani dan Barus, 1989).
Biasanya bagan tancap hanya memiliki kedalaman hingga 15 m, sehingga kebanyakan ikan yang tertangkap adalah jenis ikan pelagis. Karena pada dasarnya ikan pelagis adalah ikan yang umumnya berenang secara berkelompok mendekati permukaan perairan hingga kedalaman 200 m.  Ikan yang biasanya  tertangkap adalah ikan terbang, ikan selar, ikan kembung, ikan teri, ikan layur dan cumi-cumi (Subani dan Barus, 1989).



Klasifikasi Bagan Tancap
Bagan tancap merupakan perkembangan dari alat tangkap anco atau jodang, di mana letak perbedaannya adalah pada daerah penangkapannya. Anco atau jodang di operasikan di darat atau pinggir pantai, sedangkan bagan tancap di operasikan di laut. Bagan tancap termasuk ke dalam alat tangkap yang bersifat pasif  (Syahrudin, 1984).
Klasifikasi bagan menurut:
  1. Arimoto, 1997, mengklasifikasikan bagan tancap ke dalam liftnet dengan prinsip dasar pengoperasiannya dilakukan dengan menurunkan serta menaikkan ke dalam air.
  2. Ayodhyoa,1981 menggolongkan alat ini ke dalam “ mengajak atau menggiring “ lalu menyesatkan ke dalam alat tangkap
  3. Laevastu (1981) memasukkan bagan tancap ke dalam “ capture, then kill with trap and net “ (mengklasifikasikan alat ini berdasarkan pemakaian net sebagai jebakan)
  4. Mitsugi (1974)mengelompokkan bagan tancap bersama Hanco (anco), Yotsudo ami, Bouke ami (stick held dip net) ke dalam alat “menghamparkan alat” menunggu sampai ikan berada atau berkumpul di atasnya, untuk kemudian diangkat atau ditarik ke atas.
  5. A Von Brant (1984) dalam bukunya Fish Catching Methods of The World mengelompokkan bagan tancap termasuk dalam lift net. 

Ada dua jenis tipe bagan yang ada di Indonesia. Yang pertama adalah bagan tancap yaitu bagan yang ditancapkan secara tetap di perairan dengan kedalaman 5-10 meter, yang kedua adalah bagan apung, yaitu bagan yang dapat berpindah dari satu fishing ground ke fishing ground lainnya (Mulyono, 1999). Bagan terapung dapat diklasifikasikan lagi menjadi bagan dengan satu perahu, bagan dua perahu dan bagan rakit.
 
 sumber : 
http://www.alamikan.com/2012/11/mengetahui-tentang-bagan-tancap.html

Pengelolaan Lobster (Panulirus spp.) dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini menteri Kelautan dan  Perikanan mengeluarkan peraturan baru untuk pengelolaan lobster ...